Ilustrasi bendera Burundi. (Pixabay.com/jorono)
Bunyoni dianggap sebagai orang nomor dua di partai yang berkuasa di negara itu dan merupakan sekutu dekat mantan presiden Pierre Nkurunziza, yang meninggal saat menjabat pada 2020.
Pada 2015, Nkurunziza mengawasi tindakan keras terhadap lawan politik di tengah kekacauan setelah dia mengajukan diri untuk masa jabatan ketiga, yang melanggar kesepakatan damai untuk mengakhiri perang saudara berdarah pada 2006.
Konflik etnis selama 13 tahun di Burundi menewaskan sekitar 300 ribu orang. Sekitar 400 ribu orang melarikan diri ke luar negeri di tengah laporan penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, pembunuhan, dan penghilangan paksa.
Bunyoni telah berada di bawah sanksi Amerika Serikat (AS) sejak 2015 atas dugaan perannya dalam pelanggaran hak asasi manusia selama kekerasan yang dipicu oleh keputusan Nkurunziza untuk mencari masa jabatan ketiga. Selama kerusuhan pada 2015, Bunyoni menjabat sebagai menteri keamanan.
Pemerintahan Nkurunziza yang kacau dan berdarah membuat Burundi sebagian besar terisolasi, dan negara berpenduduk 12 juta orang itu tetap menjadi salah satu yang termiskin di dunia. Konflik juga membuat Burundi menjadi negara paria, dengan para donor memotong bantuan dan AS dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada beberapa pejabat.