Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)
Melansir dari The Scotsman, dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Survation pada 29 April hingga 3 Mei 2022, dari 1.050 orang dewasa yang dimintai pendapat, hanya 29 persen ingin referendum terjadi pada 2023.
Penolakan terhadap referendum juga ditemukan dari mereka yang mendukung SNP dalam pemilu parlemen Skotlandia tahun lalu. Ada 36 persen yang menolak diadakannya referendum pada 2023.
Survei yang dilakukan untuk kelompok kampanye pro-Inggris Raya, Scotland in Union, ini juga meminta tanggapan para responden, apakah Skotlandia harus tetap menjadi bagian Inggris Raya atau tidak. Hasilnya, sebanyak 58 persen menjawab ingin tetap bersama dan 42 persen memilih untuk berpisah.
Para responden juga diminta untuk memilih tiga isu terpenting yang harus diprioritaskan oleh pemerintah. Hasilnya menunjukkan 61 persen mengatakan NHS, 48 persen ekonomi dan pekerjaan, 30 persen memprioritaskan pemulihan dari COVID-19, 26 persen pendidikan, dan 21 persen perumahan.
Referendum tidak menjadi prioritas. Hanya satu dari sepuluh orang atau 10 persen yang mengatakan referendum sebagai prioritas. Dalam pemungutan suara referendum kemerdekaan yang sah pada 2014, sebanyak 55 persen pemilih Skotlandia masih ingin menjadi bagian dari Inggris Raya.