Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Washington Post melaporkan, ada sekitar 40 amunisi gas air mata ke arah kerumunan penonton di tribun dalam rentang waktu 10 menit.
Amunisi ini termasuk gas air mata, suara, dan bunyi ledakan. Penembakan gas air mata itu juga melanggar pedoman keamanan internasional untuk pertandingan sepak bola.
“Banyak penonton terinjak-injak bahkan tertimpa pagar karena beberapa pintu keluar ditutup saat mereka akan melarikan diri,” tulis Washington Post, dikutip Kamis (6/10/2022).
Investigasi berdasarkan pemeriksaan lebih dari 100 video dan foto ini mengungkap bagaimana penggunaan gas air mata oleh polisi untuk menghalau para penonton.
Mereka menulis, sebagian dari tembakan gas air mata tersebut mengarah ke tribun 11, 12 dan 13 stadion.
Washington Post juga melakukan wawancara dengan 11 saksi dan merangkum analisis dari pakar serta pembela hak-hak warga sipil.
Penonton selamat yang duduk di tribun 9 dan 10, mengaku kepada Washington Post bahwa mata mereka mulai berkaca-kaca ketika gas air mata ditembakkan.
“Ada asap. Mereka terus menembaki tribun, tapi kami benar-benar tidak tahu apa yang terjadi,” kata Elmiati yang duduk di tribun 13 bersama suami dan anaknya.
Namun sayang, anak dan suaminya meninggal dunia akibat luka-luka saat tragedi itu terjadi.