Jakarta, IDN Times - Di tengah pandemik COVID-19, Menteri Kesehatan Zimbabwe, Obadiah Moyo ditahan pada pekan lalu karena dituduh telah melakukan korupsi. Ia dituding berbuat rasuah karena merestui impor 15 ribu alat tes cepat yang tidak melalui proses aturan yang berlaku.
Stasiun berita Al Jazeera (21/6) lalu melaporkan 15 ribu alat tes cepat itu sempat tertahan di bandara. Tetapi, Moyo diduga memerintahkan agar Kementerian Keuangan untuk membayar alat tes cepat itu agar bisa didistribusikan ke rumah sakit. Selain alat tes cepat, Moyo juga memberi restu pembelian alat medis lainnya. Nilai kontraknya mencapai US$60 juta atau setara Rp861 miliar.
Perusahaan yang mengirimkan alat tes cepat dan peralatan medis diketahui bernama Drax International LLC dan Drax Consult SAGL. Kedua perusahaan itu kemudian berurusan dengan agen lokal di Zimbabwe bernama Delish Nguwaya. Ia juga sudah ditahan oleh otoritas di Zimbabwe.
"Tertuduh menunjukkan sikap yang sebaliknya atau tidak konsisten dengan tugasnya sebagai pejabat publik. Tertuduh menunjukkan sikap keberpihakan kepada Drax," ungkap Majelis Hakim, Munamato Mutevedzi.
Namun, kantor pusat Drax International LLC di Uni Emirat Arab membantah tuduhan tersebut. Perwakilan manajemen perusahaan mengatakan semua artikel yang menyebut keterlibatan perusahaannya adalah sesuatu yang keliru.
"Barang-barang terkait respons darurat COVID-19 telah dikirimkan dan tidak ada satupun pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Zimbabwe," ungkap perwakilan manajemen Drax International LLC.
Lalu, berapa lama ancaman hukuman yang dihadapi oleh Menkes Moyo?