Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, nasib Moldova bisa menjadi seperti Ukraina. Ia pun menyebut Moldova telah diatur oleh Barat untuk menjadi objek anti-Rusia setelah Ukraina.
"Sekarang mereka menguasai Moldova untuk memberikan peran ini, terutama karena mereka bisa menempatkan presiden di negara itu dan ingin bergabung dengan NATO. Dia (Sandu) memiliki warga negara Rumania dan ia siap bersatu dengan Rumania dan siap dengan segalanya," tutur Lavrov, dikutip TASS.
"Format ini dipandang tidak cocok oleh Barat karena Moldova sebelumnya ingin menjaga integritas teritorial dan kesepakatan dengan Transnistria. Namun, sekarang administrasi berubah dan ingin menyelesaikan masalah Transnistria dengan paksa dan mengusir pasukan penjaga perdamaian Rusia yang menjaga depot amunisi di Kolbasna," tambah Lavrov.
Pernyataan itu disampaikan Lavrov karena menuding bahwa Moldova yang dipimpin Maia Sandu bersama Barat menolak kelanjutan format 5+1. Format tersebut diketahui meliputi kesepakatan antara Moldova, Transnistria, Rusia, AS, OSCE, dan PBB.