Ilustrasi Alquran (Unsplash.com/ the dancing rain)
Navalny, seorang pegiat anti-korupsi Rusia itu pernah menggegerkan dunia internasional karena keracunan. Ia melakukan pengobatan di Jerman dan bisa sembuh. Setelah dari Jerman dan pulang ke Rusia, ia di tahan oleh otoritas setempat. Pada 18 Januari, pengadilan memutuskan menahan Navalny.
Protes besar terjadi di Rusia menuntut pembebasan Navalny. Ribuan orang ditahan oleh otoritas yang berwenang karena protes tersebut.
Sejak dua minggu lalu, Navalny melakukan aksi mogok makan. Keputusan itu dilakukan karena dia tidak diberi akses kepada dokter yang bertugas memeriksanya. Padahal Navalny menderita nyeri akut di punggung dan kaki.
Melansir dari media yang didukung pemerintah Rusia, Tass, otoritas Rusia sudah membawa Navalny ke fasilitas medis pada tanggal 5-9 April. Pada tanggal 9 April, Navalny dikembalikan lagi ke ruang penjaranya.
Menurut keterangan medis yang sudah memeriksa, Navalny tidak menderita tuberkolusis atau COVID-19. Sebelumnya dikabarkan bawa ada belasan narapidana yang menderita tuberkolusis, penyakit yang menular lewat udara.
Beberapa hari setelahnya, pada tanggal 13 April, Navalny mengungkapkan kekesalannya karena tidak diberi akses untuk membaca Al-Qur'an dan buku-buku.
Melansir dari laman Independent, Navalny mengancam akan menggugat penjara karena "masalahnya, mereka tidak memberikan Al-Qur'an saya. Dan itu membuatku kesal," kata Navalny.
Selain itu, selama di penjara, Navalny mengaku belum mendapatkan buku bacaan yang dia bawa atau dia pesan. Menurutnya, penjara menerapkan penyaringan "inspeksi dari ekstrimisme" dan itu membutuhkan waktu selama tiga bulan.