Nenek Nahel Minta Demonstran Hentikan Kerusuhan di Prancis

Jakarta, IDN Times - Nenek Nahel, remaja laki-laki berusia 17 tahun yang tewas ditembak oleh polisi di pinggiran kota Paris pekan lalu, pada Minggu (2/7/2023) mendesak orang-orang untuk menghentikan kerusuhan di seluruh Prancis yang dipicu oleh kematian cucunya.
"Saya sampaikan kepada orang-orang yang merusak barang-barang, berhenti! Jangan pecahkan jendela, jangan hancurkan sekolah, jangan hancurkan bus. Hentikan, ada ibu-ibu di bus, ada ibu-ibu berjalan di luar," desak Nadia, nenek Nahel, saat diwawancarai di BFMTV.
Dia sebelumnya mengatakan bahwa para perusuh menggunakan kematian Nahel sebagai alasan kerusuhan.
Dalam wawancara tersebut, Nadia juga mengungkapkan bahwa dia membenci petugas yang membunuh cucunya, tetapi bukan berarti dia membenci semua petugas polisi lainnya.
"Untungnya, mereka ada di sana," katanya, seraya menekankan bahwa dia percaya pada keadilan.
1. Wali Kota Nanterre minta masyarakat hormati keluarga korban dan akhiri kekerasan
Wali Kota Nanterre, Patrick Jarry, juga telah meminta masyarakat Nanterre untuk mendengarkan seruan Nadia. Dia berharap orang-orang dapat menghormati keluarga Nahel dan mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama lima hari terakhir.
"Saya tahu kesedihan yang dialami oleh sejumlah besar penduduk kota kami selama beberapa malam terakhir sehubungan dengan peristiwa yang dialami," tulisnya dalam siaran pers.
"Saya ingin berterima kasih kepada keluarga dan orang-orang terkasih yang menyelenggarakan pemakaman. Setelah upacara ini, keluarga menyerukan diakhirinya kekerasan. Saya meminta semua warga Nanterrien untuk menyampaikan pesan ini," tambahnya.
Prancis makin memanas setelah Nahel M, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dari orang tua Aljazair dan Maroko, ditembak polisi yang berusaha menghentikan kendaraannya di jalanan Nanterre, di pinggiran kota Paris.
Kematian remaja tersebut memancing kemarahan publik hingga memicu serangkaian protes di Nanterre. Aksi itu dengan cepat menyebar ke daerah dan kota lain di seluruh Prancis. Selain membakar mobil, angkutan umum dan menjarah toko, para perusuh juga menargetkan gedung-gedung penting seperti balai kota, kantor polisi, dan sekolah.
Adapun kematian Nahel telah menghidupkan kembali perdebatan tentang ketidaksetaraan sosial dan rasisme di Prancis.
“Yang dibutuhkan hanyalah nyala api untuk membakar semuanya. Karena semua bahannya ada di sini, pengangguran, masalah perumahan, masalah sosial. Dengan semua ini, hanya perlu percikan api untuk membakar semuanya”, kata Amar, seorang penduduk Roubaix berusia 54 tahun, dikutip dari BBC.