Kerusuhan di Prancis Mulai Reda, Polisi Kembali Tangkap 719 Orang

Jakarta, IDN Times - Kerusuhan yang terjadi di Prancis sejak lima hari terakhir, tepatnya sejak Rabu (28/6/2023), mulai mereda.
Kementerian Dalam Negeri Prancis menyatakan, 45 ribu personel kepolisian yang dikerahkan ke jalan mulai mengendalikan kerusuhan di negeri tersebut. Dilansir Channel News Asia, Minggu (2/7/2023), sebanyak 719 orang ditangkap polisi dalam kerusuhan tersebut.
1. Presiden Macron tetap siagakan unit krisis demi memastikan keamanan Prancis

Presiden Prancis, Emmanuel Macron dijadwalkan bertemu para menteri hari ini. Pertemuan dilakukan untuk meninjau situasi darurat yang telah terjadi di Prancis selama lima hari terakhir.
Pada Jumat, (30/6/2023), Macron mengatakan unit krisis telah disiagakan sampai pemberitahuan lebih lanjut demi memastikan kericuhan tak terulang.
2. Lebih dari 1.300 orang ditangkap kemarin malam

Sebelumnya, pada Sabtu, (1/7/2023) malam waktu Prancis, aparat kepolisian telah menahan kurang lebih 1.311 demonstran. Pada Kamis, (29/6/2023), sebanyak 875 demonstran diamankan kepolisian.
"45.000 petugas polisi dan ribuan petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk menegakkan ketertiban. Tindakan mereka membuat malam menjadi lebih tenang," tulis Kementerian Dalam Negeri Prancis melalui akun Twitter.
3. Kerusuhan di Prancis dipicu oleh penembakan seorang remaja 17 tahun

Kerusuhan di Prancis pecah usai polisi menembak seorang remaja bernama Nahel M (17), pada Selasa (27/6/2023).
Nahel ditembak di Nanterre, kota di pinggiran barat Paris. Anak keturunan Maroko dan Aljazair itu ditembak karena diduga melanggar lalu lintas. Nahel yang mengemudikan Mercedes AMG terlihat masuk di jalur bus dan gagal menghentikan mobilnya.
Atas pelanggaran itu, dua petugas polisi mengejar mobil yang dikendarai Nahel di tengah kemacetan. Saat Nahel berupaya kabur, seorang aparat melepaskan tembakan dari jarak dekat melalui jendela pengemudi. Tembakan itu langsung menewaskan Nahel karena menembus lengan kiri dan dadanya.