Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Aksi protes warga AS di San Fransisco terhadap Israel dan AS dalam konflik Palestina pada 2021. (unsplash.com/Patrick Perkins)

Jakarta, IDN Times – Ketegangan di kampus-kampus Amerika Serikat (AS) belakangan ini meningkat akibat protes yang dilakukan mahasiswa pro-Palestina, yang menuntut divestasi terhadap produsen senjata yang memiliki hubungan dengan Israel. Aksi tersebut kemudian mendapat komentar dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Ia mengatakan aksi tersebut mengerikan dan harus dihentikan. Netanyahu juga mengkategorikan mahasiswa ke dalam kelompok antisemit.

“Apa yang terjadi di kampus-kampus Amerika sungguh mengerikan. Massa antisemitisme telah mengambil alih universitas-universitas terkemuka,” kata Netanyahu, dilansir The Guardian.

Beberapa pihak menunjuk pada insiden antisemit dan berpendapat bahwa pimpinan universitas memungkinkan terjadinya intimidasi dan ujaran kebencian. Tanggapan beberapa rektor universitas juga dianggap memalukan oleh Netanyahu.

“Mereka menyerukan pemusnahan Israel. Mereka menyerang mahasiswa Yahudi. Mereka menyerang fakultas Yahudi. Itu tidak masuk akal. Itu harus dihentikan,” katanya.

1. Tuntutan mahasiswa ke kampus

Seorang pria membawa bendera Palestina di tengah asap hitam. (pixabay.com/Hosny_Salah)

Aksi demonstrasi berlangsung sejak pekan lalu ketika mahasiswa di Columbia mendirikan kamp untuk protes. Protes pun meluas ke ratusan kampus lainnya yang diorganisir oleh koalisi kelompok mahasiswa. Protes tersebut telah menyebabkan skorsing massal dan penangkapan ratusan mahasiswa di New York, Texas, dan California.

Dilansir AP, beberapa tuntutan mereka kepada pihak kampus, yakni:

  1. Meminta pihak kampus untuk menghentikan kerja sama dengan perusahaan senjata yang memasok Israel.
  2. Menolak pendanaan penelitian dari projek Israel untuk kepentingan militer.
  3. Menghentikan investasi dana abadi perguruan tinggi dengan pengelola uang yang mendapat keuntungan dari perusahaan atau kontraktor Israel.
  4. Lebih transparan mengenai uang apa yang diterima dari Israel dan penggunaannya.

Badan eksekutif mahasiswa di beberapa perguruan tinggi dalam beberapa pekan terakhir telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan diakhirinya investasi dan kemitraan akademis dengan Israel. RUU tersebut disahkan oleh badan mahasiswa di Columbia, Harvard Law, Rutgers, dan American University.

2. Beberapa kampus menolak tuntutan mahasiswa

Aksi protes warga AS di San Fransisco terhadap Israel dan AS dalam konflik Palestina pada 2021. (unsplash.com/Patrick Perkins)

Respons dari pihak kampus beragam. Beberapa kampus menyatakan siap berdiskusi dengan mahasiswa dengan tetap mematuhi hak mereka untuk berdemonstrasi. Namun, beberapa kampus juga menyayangkan tindakan antisemitisme yang dilakukan oleh mahasiswa yang tidak dapat ditolerir.

Sylvia Burwell, Rektor American University, menolak resolusi dari senat mahasiswa untuk mengakhiri investasi dan kemitraan dengan Israel.

”Tindakan seperti itu mengancam kebebasan akademis, kebebasan berekspresi ide dan pandangan, serta nilai-nilai inklusi dan rasa memiliki yang merupakan inti komunitas kita,” ungkapnya.

Di Yale University, puluhan mahasiswa ditahan pada Senin. Rektor Peter Salovey mengatakan setelah mendengar tuntutan mahasiswa, Komite Penasihat Tanggung Jawab Investor universitas memastikan tidak akan melakukan divestasi atau penghentian kerja sama dengan perusahaan senjata Israel.

Sementara itu, Massachusetts Institute of Technology mengatakan para pengunjuk rasa mendapat perhatian penuh dari pimpinan, yang telah bertemu dan berbicara dengan mahasiswa, dosen, dan staf secara berkelanjutan.

3. Presiden AS juga ikut soroti aksi mahasiswa

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden (twitter.com/President Biden)

Ketika ditanya pekan ini apakah Presiden AS Joe Biden mengutuk aksi protes antisemit, ia mengatakan "iya".

”Saya juga mengutuk mereka yang tidak paham apa yang terjadi pada orang-orang Palestina,” ungkapnya setelah Earth Day pada Senin.

Protes terus terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Palestina saat ini. Krisis kemanusiaan semakin parah di tengah konflik yang tak berkesudahan.

Jumlah korban tewas terbaru di Gaza mencapai 34 ribu lebih orang. Sementara 77 ribu lainnya luka-luka.

Israel kini memfokuskan serangannya di wilayah Rafah, Gaza Selatan. Pekerja kemanusiaan kesulitan dalam menjangkau wilayah di tengah situasi konflik. Belum ada tanda-tanda konflik akan segera berakhir. Negosiasi di Qatar antara Israel dan Hamas kini menemui jalan buntu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team