Jakarta, IDN Times - Media Amerika Serikat (AS) The New York Times, turut mengupas permasalahan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di Indonesia. Hasil penelusuran, masih banyak yang harus dibenahi dari program ini.
Mewawancarai orang tua yang anaknya menjadi korban keracunan MBG di sebuah sekolah, The New York Times melaporkan kisah sedih itu.
Cucu Mulyati tidak pernah menyangka bahwa kabar tentang makan siang gratis di sekolah anaknya bisa berubah jadi mimpi buruk. Siang itu, akhir September lalu, telepon berdering di rumahnya di Saguling, Kabupaten Bandung Barat. “Bu, Acep sakit parah,” kata seseorang di ujung telepon.
Acep Sulaeman (17) mendadak pusing dan mual usai menyantap menu makan siang sekolah—nasi, ayam goreng, selada, dan stroberi—bagian dari program MBG yang digalakkan pemerintah. Tak lama kemudian, ia dibawa ke klinik darurat yang jaraknya setengah jam dari desanya.
“Ada ratusan anak sakit di sana. Saya keliling dari tandu ke tandu mencari Acep,” kenang Cucu dengan mata yang masih sembab.
Acep butuh waktu hampir dua minggu untuk pulih. Ia hanyalah satu dari lebih dari 1.300 anak di Kecamatan Cipongkor, Jawa Barat, yang jatuh sakit karena keracunan makanan dalam satu pekan.