Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Afrika Selatan (unsplash.com/shaunmcreatives)
ilustrasi bendera Afrika Selatan (unsplash.com/shaunmcreatives)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan (Afsel) Lesetja Kganyago, pada Rabu (16/7/2025), menyarankan peningkatan hubungan perdagangan antarnegara Afrika di tengah dinamika tarif dari Amerika Serikat (AS). 

“Agenda Afsel dalam G20 adalah mengenai perubahan iklim dan sistem pembayaran lintas negara yang akan didiskusikan dalam pertemuan antar-menteri keuangan di G20,” ungkapnya. 

Belakangan ini, hubungan AS dan Afsel terus menegang imbas penerapan tarif pajak. Selain itu, AS menuding Afsel melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap warga kulit putih. 

1. Sebut Afrika harus memiliki sistem pembayaran lintas perbatasan

Kganyago mengatakan bahwa sistem pembayaran lintas perbatasan akan mendorong peningkatan perdagangan antarnegara di Afrika. 

“Sebagai kepala Bank Sentral Afsel, kami memutuskan untuk mendorong terbentuknya perubahan ke arah pembayaran lintas perbatasan. Kami akan melakukan ini bukan untuk melangkah siapapun, kami melakukan ini untuk memfasilitasi perdagangan di benua kami,” ujarnya, dilansir TRT Global

Meskipun demikian, Kganyago mengklaim bahwa negara-negara G20 tidak akan membentuk sebuah respons koordinasi dalam menghadapi ancaman tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump. 

Awalnya, G20 dibentuk untuk mengatasi krisis ekonomi global, tapi kini berkembang menjadi sebuah platform kunci untuk koordinasi kebijakan. 

2. Tarif AS akan berdampak pada 10 ribu pekerja di Afsel

Kganyago mengungkapkan bahwa tarif dari Trump ke Afsel akan berakibat pada hilangnya sekitar 100 ribu pekerja, terutama di sektor pertanian dan otomotif yang terdampak besar dari tarif 30 persen. 

“Dampak di sektor pertanian cukup besar karena pertanian menyumbang tenaga kerja berkemampuan dasar dan di sini dampaknya akan terasa pada pertanian jeruk, anggur, dan produksi wine,” turut Kganyago. 

Ia pun khawatir terkait ekspor mobil dari Afsel ke AS merosot tajam hingga 80 persen imbas tarif yang diterapkan pemerintahan Trump pada April lalu. 

Sebagai informasi, Afsel menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia. Sebanyak 32,9 persen warga Afsel tidak bekerja pada kuartal pertama 2025 dan diprediksi akan meningkat hingga 43,1 persen. 

3. Menkeu AS mangkir dari pertemuan G20 di Afsel

ilustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/benjaminlehman)

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, kembali mangkir dari pertemuan G20 di Durban, Afsel pada Selasa (15/7/2025). Sebelumnya, ia juga tidak hadir dalam pertemuan di Cape Town yang membahas mengenai stabilitas finansial global. 

Kepala Ekonomi Internasional di Atlantic Council, Josh Lipsky, menyebut absennya AS dalam dialog finansial G20 menimbulkan pertanyaan besar atas kredibilitas dari perwakilan negara dengan ekonomi terbesar di dunia. 

“Ini menimbulkan pertanyaan terkait kemampuan jangka panjang G20. Absennya Bessent menunjukkan adanya intensi Washington untuk menurunkan keterlibatannya dan kembali pada versi awal G20,” terangnya, dikutip Business Insider Africa. 

Selain itu, absennya Bessent juga meningkatkan ketegangan antara AS dengan beberapa negara Afrika, terutama Afsel yang juga tergabung dalam BRICS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama