Ilustrasi pejuang Palestina di Gaza (pixabay.com/hosny_salah)
Hamas, kelompok Islam Palestina yang beberapa kali telah berperang melawan Israel selama dekade terakhir, memperkirakan akan ada lebih banyak agresi dari Israel jika koalisi Netanyahu berkuasa.
"Jelas bahwa Israel condong ke arah lebih ekstremisme, yang juga berarti agresi terhadap rakyat kami akan meningkat," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dikutip dari Reuters.
"Pemerintah yang dipimpin Netanyahu yang meluncurkan beberapa perang melawan rakyat Palestina kami, dan kehadiran tokoh-tokoh paling ekstrem dalam koalisi berarti bahwa kami akan menghadapi lebih banyak terorisme Zionis," sambung dia.
Netanyahu telah lama dikenal sebagai politisi yang menentang perdamaian bersama Palestina untuk hidup bertetangga dengan Israel.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang semasa jabatannya berusaha merundingkan perdamaian dengan Israel, menyampaikan pidatonya di pertemuan puncak Arab pada Rabu, namun ia tidak menyinggung soal pemilu Israel.
Dia menyampaikan pandangan sebelumnya yang menyatakan bahwa Israel menghancurkan solusi dua negara secara sistematis. Pernyataan itu menyangkut negosiasi Israel-Palestina yang memungkinkan perluasan pemukiman bagi warga Palestina di wilayah yang diinginkan.
Meskipun negosiasi itu terhenti pada 2014, Abbas telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz untuk meredam ketegangan dan menerapkan langkah-langkah keamanan kedua negara. Dia juga menerima panggilan Perdana Menteri Yair Lapid pada bulan September untuk mendiskusikan solusi kedua negara.