Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/chris robert)
ilustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/chris robert)

Intinya sih...

  • Proyek software senilai Rp12,9 triliun oleh pemerintahan Donald Trump dibatalkan.

  • Anggota Demokrat kritik tajam kebijakan Pentagon.

  • Dampak kebijakan terhadap tata kelola dan efektivitas anggaran militer disorot.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Presiden Donald Trump menuai kritik tajam usai Pentagon memutuskan untuk menghentikan dua proyek software milik Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS). Proyek yang nyaris selesai ini memiliki nilai lebih dari 800 juta dolar AS (Rp12,9 triliun) dan telah menelan waktu pengembangan hingga 12 tahun.

Keputusan tersebut menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk para anggota Demokrat di Kongres yang menilai kebijakan ini berpotensi merugikan negara dan pembayar pajak.

1. Kronologi pembatalan proyek software senilai Rp12,9 triliun

Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS di bawah pemerintahan Donald Trump bersiap membatalkan dua proyek software yang hampir rampung, dengan total nilai lebih dari 800 juta dolar AS (Rp12,9 triliun). Kedua proyek ini awalnya bertujuan memperbarui sistem sumber daya manusia yang sudah usang dalam militer AS.

Dilansir Reuters, alasan utama pembatalan adalah adanya dorongan dari sejumlah pejabat untuk mengalihkan proyek serupa ke perusahaan lain seperti Salesforce dan Palantir, yang dinilai dapat menyebabkan pemborosan dan pengulangan pekerjaan.

Pada Kamis (14/8/2025), sejumlah pejabat militer menyatakan proyek software tersebut telah hampir selesai dan siap diimplementasikan. Bahkan, Angkatan Udara mencatat bahwa sistem baru yang dikembangkan dapat menghemat 39 juta dolar AS (Rp630,2 miliar) per tahun dengan menghentikan sistem lama.

Namun, memo internal yang beredar pada bulan Mei lalu menunjukkan adanya permintaan untuk melakukan jeda selama 90 hari demi mengevaluasi kemungkinan solusi teknis lain sebelum proyek benar-benar ditutup.

2. Kritik tajam dari anggota Demokrat terhadap kebijakan Pentagon

Pada Jum'at (15/8/2025), para anggota Demokrat di Kongres langsung menyoroti langkah Pentagon.

"Pentagon belum menunjukkan alasan kuat mengapa kontrak tersebut dihentikan pada detik-detik terakhir dan pekerjaan yang telah dibiayai oleh pajak rakyat AS akhirnya dibuang begitu saja. Jika tidak bisa menjelaskan keputusan ini, maka tercium bau korupsi," ujar Tim Kaine, Senator Demokrat, dalam pernyataan resmi, dilansir AOL.

Demokrat juga mempertanyakan transparansi proses pengadaan dan pengalihan proyek ke perusahaan tertentu. Mereka khawatir keputusan tersebut diambil demi kepentingan bisnis dan bukan efisiensi anggaran negara.

3. Dampak kebijakan terhadap tata kelola dan efektivitas anggaran militer

Kebijakan pembatalan proyek software terjadi di tengah upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dibentuk Presiden Trump untuk memangkas pengeluaran pemerintah. DOGE mengklaim telah membatalkan kontrak senilai lebih dari 14 miliar dolar AS (Rp226,2 triliun) di Departemen Pertahanan sejak awal 2025.

Namun, tindakan ini dinilai kontraproduktif. Kekosongan jabatan di level tinggi dan fokus pada kecepatan serta pengambilan risiko juga dinilai memperbesar potensi inefisiensi dan pemborosan dana publik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team