Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS di bawah pemerintahan Donald Trump bersiap membatalkan dua proyek software yang hampir rampung, dengan total nilai lebih dari 800 juta dolar AS (Rp12,9 triliun). Kedua proyek ini awalnya bertujuan memperbarui sistem sumber daya manusia yang sudah usang dalam militer AS.
Dilansir Reuters, alasan utama pembatalan adalah adanya dorongan dari sejumlah pejabat untuk mengalihkan proyek serupa ke perusahaan lain seperti Salesforce dan Palantir, yang dinilai dapat menyebabkan pemborosan dan pengulangan pekerjaan.
Pada Kamis (14/8/2025), sejumlah pejabat militer menyatakan proyek software tersebut telah hampir selesai dan siap diimplementasikan. Bahkan, Angkatan Udara mencatat bahwa sistem baru yang dikembangkan dapat menghemat 39 juta dolar AS (Rp630,2 miliar) per tahun dengan menghentikan sistem lama.
Namun, memo internal yang beredar pada bulan Mei lalu menunjukkan adanya permintaan untuk melakukan jeda selama 90 hari demi mengevaluasi kemungkinan solusi teknis lain sebelum proyek benar-benar ditutup.