IDN Times/Bayu D. Wicaksono
Surat tersebut dikirim tiga perusahaan provider, Vodafone NZ, Spark, dan 2degrees pada 19 Maret kepada Chief Executive Officer (CEO) Facebook Mark Zuckerberg, CEO Twitter Jack Dorsey dan CEO Google Sundar Pichai. Surat tersebut ditulis oleh Managing Director of Spark Simon Moutter, CEO Vodafone NZ Jason Paris, dan CEO 2degrees Stewart Sherriff.
"Jika diperhatikan pada Jumat (15/3) siang, ketiga provider terbesar di Selandia Baru yakni, Vodafone NZ, Spark dan 2degrees mengambil langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni turut serta mengidentifikasi dan menghentikan akses ke website yang menyebarkan cuplikan video yang diambil oleh pria bersenjata pada insiden terorisme di Christchurch," tulis mereka mengawali surat tersebut.
Dalam surat tersebut, mereka juga menyebut langkah tersebut adalah hal yang benar untuk dilakukan, dalam keadaan ekstrim dan tragis saat itu. "Provider Selandia Baru lainnya juga melakukan langkah untuk memperketat keberadaan konten tersebut, meskipun mereka mengambil langkah yang berbeda dalam pendekatan teknisnya."
Mereka juga mengatur layanan provider internet untuk mencegah akses masuk pada materi video penembakan tersebut. "Harapannya kami bisa membuat pelanggan lebih sulit untuk melihat konten dan membagikannya, juga mengurangi risiko yang mungkin secara tidak sengaja terpapar pada pelanggan,"
"Dan membatasi publisitas yang dicari pria bersenjata itu."
Seperti diberitakan sebelumnya, pelaku penembakan brutal tersebut, Brenton Tarran, warga negara Australia, dengan sengaja menyiarkan aksi terorisme itu secara live di akun Facebook miliknya.