Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penyerangan (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi penyerangan (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Pasukan oposisi Suriah, yang didukung Turki, mengaku siap berperang dan bergabung dengan operasi militer terbaru yang direncanakan Turki.

Kesiapan itu diperlihatkan dari parade militer yang dilakukan Unit Tentara Nasional Suriah (SNA) pada Kamis (9/6/2022) melalui jalan-jalan di wilayah Azaz, Aleppo utara.

Ribuan pejuang bersenjata melalui wilayah tersebut dan beberapa daerah di dekat garis depan antara wilayah yang dikendalikan oleh Turki dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di Tal Rifaat.

“Tujuannya adalah untuk bersiap menghadapi pertempuran dan menunjukkan kekuatan kami,” kata Jenderal Abdul Salam Hamidi, seorang komandan Korps Ketiga SNA, dilansir Al Jazeera.

1. Turki berupaya mengusir SDF dari perbatasannya dengan Suriah

Pasukan AS di Suriah dengan koalisinya, SDF, untuk melawan ISIS. (twitter.com/Coordination and Military Ops Center - SDF)

Erdogan menyatakan bahwa Tal Rifaat dan Manbij di Suriah Utara merupakan target operasi militer. Wilayah tersebut terletak di zona yang dikuasai SDF, yakni koalisi Kurdi dan Amerika Serikat (AS), yang juga dikelilingi oleh wilayah yang dikuasai pemerintah Turki dan Suriah.

Turki bertujuan untuk memaksa pejuang SDF keluar dari daerah di perbatasan Turki-Suriah, yang ingin dikontrol Ankara sebagai bagian dari zona aman sejauh 30 kilometer. Wilayah tersebut akan dimanfaatkan untuk relokasi pengungsi Suriah, terutama yang berada di Turki.

Turki telah menguasai sebagian besar wilayah di sepanjang perbatasan setelah memerangi ISIS dan SDF dalam tiga operasi besar sejak 2016. Namun, wilayah yang dikuasai SDF seperti Tal Rifaat, Manbij dan Kobane tetap berada di luar jangkauan Ankara.

2. Belum jelas kapan operasi akan dimulai

Recep Tayyip Erdogan, presiden Turki (twitter.com/AK Party)

SDF yang didukung AS sebagian besar terdiri dari YPG, cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang ditetapkan oleh Turki, Uni Eropa, dan AS sebagai organisasi teroris. Kendati begitu, SDF menjadi sekutu AS dalam melawan ISIS di kawasan tersebut.

Sementara itu, SNA terus melakukan latihan untuk adakan persiapan operasi militer di tengah ketegangan dengan SDF.

“Persiapan pertempuran ini telah berlangsung lama, dan kami tidak berhenti melatih unit kami. Pelatihan itu memastikan bahwa para pejuang siap untuk bertempur,” kata Hamidi.

Meskipun penembakan terus berlanjut antara SNA dan SDF, tidak jelas kapan Turki akan meluncurkan operasi baru jika mereka memang memilih untuk melakukannya.

3. Beberapa negara menentang operasi militer Turki

Ilustrasi penyerangan (IDN Times/Arief Rahmat)

Rusia, AS, dan pemerintah Suriah semuanya secara terbuka menyuarakan penentangan mereka terhadap setiap operasi militer baru oleh Turki. SDF juga mengatakan, mereka akan mencari dukungan ke Presiden Suriah, Bashar al-Assad, jika Turki menyerang, dilansir VOA.

Seorang juru bicara SNA juga mengatakan bahwa Rusia telah memperkuat posisi di dekat Tal Rifaat, Manbij, dan pinggiran selatan Kobane. Tapi, setelah parade militer di Azaz, SNA masih bersikukuh bahwa pertempuran akan terjadi.

“Tujuan awalnya adalah untuk menguasai Tal Rifaat dan Manbij, serta daerah sekitarnya, untuk mendorong keluar SDF, dan memungkinkan penduduk yang sebelumnya dipaksa keluar untuk kembali,” kata Abu Ali Atono, seorang komandan di SNA.

Banyak penduduk Tal Rifaat, yang merupakan populasi campuran Arab dan Kurdi, melarikan diri dari kota setelah wilayah itu jatuh ke tangan SDF pada 2016. Sejumlah besar penduduk Arab belum kembali ke tempat tersebut.

“Banyak pejuang kami berasal dari Tal Rifaat dan Manbij. Mereka menganggap operasi militer yang akan datang sebagai kesempatan untuk membebaskan kota mereka dan kembali ke rumah,” tutur Atono.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team