Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Paus Fransiskus ketika memberikan pesan Natal 2019 di Lapangan Santo Petrus. (vaticannews.va)
Paus Fransiskus ketika memberikan pesan Natal 2019 di Lapangan Santo Petrus. (vaticannews.va)

Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus menyebut bencana kelaparan sebagai tindakan kriminal dan pelanggaran kemanusiaan. Pasalnya, dunia memiliki cukup sumber daya dan makanan untuk memenuhi gizi seluruh umat manusia, namun sejumlah pihak lebih peduli untuk memperkaya diri dan membiarkan manusia lainnya kelaparan.

Pernyataan itu disampaikan Paus kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres melalui pertemuan virtual. Sebelumnya, Guterres menjelaskan bahwa perubahan iklim dan konflik merupakan faktor yang menyebabkan kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapat terjadi di dunia.

Dilansir dari AP, Guterres menjelaskan, sistem pangan dunia menghasilkan sepertiga dari seluruh emisi gas rumah kaca. Sistem yang sama bertanggung jawab atas 80 persen hilangnya keanekaragaman hayati.

1. Orang termiskin di dunia menangis akibat perbuatan pihak tak bertanggung jawab

Ilustrasi Paus Fransiskus (ANTARA FOTO/Osservatore Romano/Handout via REUTERS)

Kedua tokoh itu bertemu untuk mempersiapkan KTT sistem pangan PBB yang akan dihelat pada September di New York, Amerika Serikat (AS).

Melalui pesan tertulis yang dibacakan kepada peserta pertemuan, Paus Fransiskus mengatakan pandemik COVID-19 telah memaksa umat manusia untuk berhadapan dengan ketidakadilan sistemik, yang memicu krisis terhadap rasa kekeluargaan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Analogi yang dibuat Paus tentang ketidakadilan sistemik adalah orang termiskin di dunia ini harus menangis dan menderita kelaparan akibat orang lain yang merusak dan menyalahgunakan “barang yang dititipkan Tuhan”.  

2. Menyayangkan sebab teknologi dimanfaatkan bukan untuk melawan kelaparan

Default Image IDN

Paus turut menyayangkan, alih-alih perkembangan teknologi digunakan demi menghasilkan makanan di bumi, banyak orang justru memanfaatkan teknologi untuk mengeksploitasi alam.

Dia kemudian menyebut kelaparan sebagai skandal, tindakan kriminal, dan pelanggaran atas hak asasi manusia.

Gagasan KTT sistem pangan diluncurkan pada 2019 beberapa bulan sebelum virus corona muncul, tetapi Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan pandemik membuat ancaman yang ada terhadap ketahanan pangan menjadi lebih mendesak.

3. Pandemik memperburuk situasi kelaparan di dunia

Ilustrasi kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Dikutip dari CNA, laporan badan gabungan PBB mengungkap, pandemik COVID-19 menyebabkan tingkat kelaparan dan kekurangan gizi memburuk secara dramatis tahun lalu.

Pada 2020, sebanyak 768 juta orang tercatat menderita kelaparan dan malnutrisi, setara dengan 10 persen populasi dunia. Angka itu mengalami peningkatan sekitar 118 juta orang jika dibandingkan dengan 2019.

Laporan di atas merupakan hasil kolaborasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan tujuan mendapati penilaian secara komprehensif sejauh mana pandemik berdampak terhadap kerawanan pangan dan gizi.

"Sayangnya, pandemik terus mengekspos kelemahan dalam sistem pangan kita, yang mengancam kehidupan dan mata pencaharian. Tidak ada wilayah di dunia yang selamat," kata badan-badan itu dalam sebuah pernyataan bersama pada Senin (12/7/2021), dikutip dari CNA.

Editorial Team