Selain itu, Khan juga menyarankan pembubaran Satuan Tugas Nasional multi-lembaga untuk Mengakhiri Konflik Bersenjata Komunis Lokal (NTF-ELCAC). Dibentuk oleh mantan Presiden Rodrigo Duterte pada 2018, gugus tugas ini bertujuan memerangi kelompok pemberontak komunis yang sudah lama melakukan pemberontakan terhadap pemerintah selama beberapa dekade.
Namun, Khan berpendapat bahwa kemungkinan dimulainya kembali perundingan perdamaian telah membuat keberadaan pasukan tersebut ketinggalan zaman. Pelapor khusus PBB yang mengunjungi Manila tahun lalu juga memberikan rekomendasi serupa.
Gugus tugas tersebut juga dituduh melakukan "tanda merah", sebuah praktik yang menuduh kritikus pemerintah sebagai simpatisan pemberontak. Hal ini lantas dijadikan alasan untuk membungkam, menangkap atau bahkan membunuh mereka.
Menurut Khan, praktik tersebut dapat menekan aktivisme hukum dan kebebasan berekspresi.
“Ada bukti jelas bahwa penandaan merah dan penandaan teror dilakukan oleh pasukan keamanan sebagai bagian dari strategi kontra-terorisme mereka. Negara tentunya memiliki kewajiban untuk melindungi rakyatnya dari terorisme, namun hal tersebut harus dilakukan dalam batas-batas supremasi hukum dan sejalan dengan kewajiban hak asasi manusia internasional," katanya.