Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (22/1/2022) waktu setempat, koalisi pimpinan Arab
Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman membantah telah melakukan serangan udara. Koalisi juga mengatakan situs itu tidak ada dalam daftar target yang harus dihindari dalam kesepakatan dengan PBB dan belum dilaporkan oleh Palang Merah.
Selama seminggu terakhir, koalisi pimpinan Arab Saudi telah mengintensifkan serangan
udara pada apa yang dikatakannya sebagai target militer yang terkait dengan Houthi,
setelah kelompok itu melakukan serangan pesawat tak berawak yang belum pernah terjadi sebelumnya di Uni Emirat Arab, yang merupakan bagian dari koalisi, pada Senin
(17/1/2022) lalu.
Kelompok Yaman yang memerangi koalisi pimpinan Saudi juga berada di balik serangan
rudal lintas batas dan pesawat tak berawak di Arab Saudi. Pada Selasa (18/1/2022) lalu, sedikitnya 14 orang dilaporkan tewas setelah koalisi melancarkan serangan udara di Sanaa, ibu kota Yaman.
Lebih jauh ke selatan di kota pelabuhan Hodeida, setidaknya 3 anak tewas ketika serangan udara oleh koalisi pimpinan Arab Saudi menghantam fasilitas telekomunikasi saat mereka bermain di dekatnya. Koalisi mengklaim serangan di Hodeida, pelabuhan penyelamat bagi negara yang dilanda
perang itu.
Tak hanya itu, Yaman juga mengalami pemadaman internet di seluruh negaranya. "Anak-anak dilaporkan sedang bermain di lapangan sepak bola terdekat ketika rudal menghantam," ungkap pernyataan dari pihak Save the Children yang dilansir dari Al Jazeera.
Sementara itu, pada Jumat waktu setempat, Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan terhadap Uni Emirat Arab dan situs lain di Arab Saudi setelah digelar pertemuan tertutup yang diminta oleh Uni Emirat Arab.
Ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah Brigade Raksasa yang
didukung Uni Emirat Arab mengusir pemberontak Houthi keluar dari Provinsi Shabwa Selatan, yang merusak kampanye selama berbulan-bulan mereka untuk merebut kota utama Marib lebih jauh ke utara.