Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
warga Gaza yang mengungsi untuk menghindari serangan Israel (x.com/@UNRWA)
warga Gaza yang mengungsi untuk menghindari serangan Israel (x.com/@UNRWA)

Jakarta, IDN Times - Para pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Jumat (1/11/2024), mengatakan bahwa situasi di Jalur Gaza bagian utara kini sangat mengerikan akibat agresi militer Israel di wilayah tersebut.

“Seluruh penduduk Palestina di Gaza Utara berada dalam risiko kematian akibat penyakit, kelaparan dan kekerasan,” kata mereka dalam pernyataan yang ditandatangani oleh penjabat kepala bantuan PBB, Joyce Msuya, para pimpinan badan PBB, termasuk badan anak-anak PBB (UNICEF) dan Program Pangan Dunia (WFP).

1. Misi kemanusiaan di Gaza utara terhambat oleh ketidakamanan

Israel memulai serangan militer besar-besaran di Gaza utara bulan lalu. Amerika Serikat (AS) mengaku memantau tindakan sekutunya di lapangan untuk memastikan bahwa mereka tidak menerapkan kebijakan yang menyebabkan penduduk kelaparan.

Namun pada Jumat, para pejabat PBB menyatakan bahwa upaya bantuan kemanusiaan di Gaza utara tidak dapat memenuhi besarnya kebutuhan yang mendesak di wilayah tersebut.

“Barang-barang kebutuhan pokok dan penyelamat jiwa tidak tersedia. Para pekerja kemanusiaan tidak aman untuk menjalankan tugas mereka dan terhalang oleh pasukan Israel serta ketidakamanan dalam menjangkau orang-orang yang membutuhkan," kata mereka, dikutip dari Reuters.

Para pejabat tersebut mendesak semua pihak yang terlibat dalam pertempuran untuk melindungi warga sipil. Israel juga diminta untuk menghentikan serangannya di Gaza dan terhadap para pekerja kemanusiaan yang berusaha membantu.

2. Israel tuduh Hamas curi bantuan yang masuk ke Gaza

Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, bulan lalu mengungkapkan kepada Dewan Keamanan bahwa masalah di Gaza bukan disebabkan oleh kurangnya bantuan. Ia menyebut bahwa lebih dari 1 juta ton bantuan telah dikirimkan ke Gaza selama setahun terakhir dan menuduh Hamas menyalahgunakan bantuan tersebut.

Hamas sendiri telah berulang kali membantah tuduhan Israel bahwa mereka mencuri bantuan. Kelompok tersebut mengatakan bahwa Israel yang harus disalahkan atas kekurangan bantuan di Gaza.

Pada Senin (28/10/2024), Layanan Darurat Sipil Palestina melaporkan bahwa sekitar 100 ribu orang terjebak di Jabalia, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun di Gaza utara tanpa adanya pasokan medis atau makanan.

3. USAID ungkapkan perlunya peningkatan bantuan ke Gaza

Administrator USAID, Samantha Power, berbicara dengan Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog, pada Jumat. Diskusi ini terjadi ketika tenggat waktu yang ditetapkan oleh Washington bagi Israel untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza semakin dekat.

Juru bicara USAID, Benjamin Suarato, mengatakan bahwa Power dan Herzog membahas tentang perlunya memberikan lebih banyak bantuan kepada rakyat Palestina.

"Administrator Power menyampaikan keprihatinan serius mengenai kondisi kemanusiaan di Gaza utara," tambah Suarato.

Dalam surat tertanggal 13 Oktober, AS memerintahkan Israel untuk mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza dalam waktu 30 hari kedepan. Jika tidak, mereka berisiko menghadapi pembatasan bantuan militer.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah