AS Terima 500 Laporan Senjatanya Tewaskan Warga Sipil Gaza

- AS menerima 500 laporan penggunaan senjata buatan AS oleh Israel di Jalur Gaza.
- Departemen Luar Negeri AS belum mengambil tindakan terhadap laporan-laporan tersebut.
- Israel merupakan penerima bantuan militer AS terbesar sejak Perang Dunia II.
Jakarta, IDN Times - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah menerima hampir 500 laporan dugaan penggunaan senjata buatan AS oleh Israel yang mengakibatkan korban sipil di Jalur Gaza. Beberapa kasus yang dilaporkan dinilai melanggar hukum AS dan hukum internasional.
Dilansir Washington Post, Kamis (31/10/2024), laporan-laporan ini dikumpulkan dari pemerintah AS, organisasi bantuan internasional, dan LSM. Media massa serta saksi mata juga turut melaporkan kejadian serupa. Puluhan laporan disertai foto serpihan bom buatan AS di lokasi yang menewaskan puluhan anak-anak.
AS belum mengambil tindakan terhadap laporan-laporan tersebut. Padahal mereka memiliki kebijakan internal yang mengharuskan investigasi selesai dalam dua bulan. Dalam setahun terakhir, AS telah memberikan bantuan militer senilai minimal 17,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp280 triliun kepada Israel.
1. Dua pertiga kasus masih mandek
Departemen Luar Negeri AS sebenarnya memiliki panduan internal bernama Civilian Harm Incident Response Guidance. Panduan yang dirilis Agustus 2023 ini mengatur proses investigasi dalam tiga tahap. Tahapannya meliputi analisis insiden, penilaian dampak kebijakan, dan tindakan terkoordinasi departemen.
Seperempat dari total laporan ditolak di tahap awal investigasi. Penolakan terjadi karena dinilai tidak kredibel atau tidak ada bukti penggunaan senjata AS. Sementara lebih dari dua pertiga kasus masih menunggu tanggapan dari pemerintah Israel.
"Mereka mengabaikan bukti kerusakan sipil yang meluas dan kekejaman yang terjadi. Semua ini demi mempertahankan kebijakan transfer senjata tanpa syarat ke pemerintahan Netanyahu," ujar John Ramming Chappell, penasihat hukum dan kebijakan di Center for Civilians in Conflict.
2. Ditemukan serpihan senjata AS di lokasi serangan mematikan
Salah satu kasus yang dilaporkan adalah kematian gadis berusia 6 tahun dan keluarganya. Di lokasi kejadian ditemukan serpihan peluru tank 120mm buatan AS.
Tim investigasi juga menemukan serpihan bom diameter kecil buatan AS di lokasi serangan lain. Bom tersebut menghantam sebuah rumah keluarga dan sekolah pengungsi pada Mei lalu. Puluhan perempuan dan anak-anak dilaporkan tewas dalam serangan ini.
The Guardian melansir, dalam 13 bulan perang, setidaknya 43 ribu warga Palestina tewas. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Militer Israel menyatakan telah berupaya maksimal menghindari korban sipil. Namun, mereka tetap melancarkan serangan dengan alasan ada pejuang Hamas yang bersembunyi di area pemukiman warga.
"Sebagai bagian dari aliansi erat Israel dan Amerika Serikat, kami terus berkoordinasi dengan AS. Ini terkait upaya Israel melawan serangan teroris yang mengancam warga kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Oren Marmorstein.
3. Senator AS kecam kelambanan investigasi korban sipil
Senator Demokrat, Chris Van Hollen, mengkritik lambannya tindak lanjut dari pemerintah AS. Beberapa pejabat AS dan anggota Kongres Demokrat juga menyoroti Departemen Luar Negeri AS. Mereka menilai departemen tersebut terlalu mengandalkan Israel untuk memverifikasi tuduhan terhadap mereka sendiri.
Israel merupakan penerima bantuan militer AS terbesar sejak Perang Dunia II. Menurut studi terbaru dari Watson Institute for International and Public Affairs di Universitas Brown, hampir semua bantuan militer tetap mengalir tanpa gangguan. Hanya pengiriman 2 ribu bom yang ditangguhkan.
Sementara, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah mengirim surat peringatan ke Israel. Mereka menyatakan akan ada konsekuensi jika Israel terus menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Konsekuensi yang dimaksud kemungkinan akan termasuk penangguhan transfer senjata ke Israel.