Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bendera AS (freepik.com/wirestock)
Ilustrasi Bendera AS (freepik.com/wirestock)

Intinya sih...

  • Kebingungan dan kepanikan di kalangan pekerja H-1B luar negeri.

  • Klarifikasi pemerintah AS dan kekhawatiran pemerintah India.

  • Dampak pada industri teknologi dan reaksi perusahaan besar.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang memberlakukan biaya visa H-1B sebesar 100 ribu dolar AS (Rp1,6 miliar) memicu kepanikan dan kebingungan di kalangan pekerja dengan visa tersebut, terutama yang berasal dari India dan Cina. Keputusan tersebut menjadi bagian dari upaya keras Trump dalam mengekang imigrasi, sehingga pekerja asing bergegas kembali ke AS untuk menghindari konsekuensi aturan baru.

Pada Jumat (19/9/2025), Trump mengeluarkan peraturan yang mengenakan biaya besar pada aplikasi visa H-1B, yang berlaku mulai pukul 12:01 pagi pada Minggu (21/9/2025). Kebijakan ini langsung berdampak pada para pekerja dan perusahaan besar teknologi yang sangat bergantung pada tenaga ahli asing.

1. Kebingungan dan kepanikan di kalangan pekerja H-1B luar negeri

Berbagai perusahaan teknologi dan perbankan besar di AS mengirimkan memo darurat kepada karyawan mereka yang memegang visa H-1B, terutama yang sedang berada di luar negeri. Memo tersebut mendesak para pekerja agar segera kembali ke AS sebelum tenggat waktu pukul 12:01 pagi EDT pada Minggu (21/9/2025) dan mengimbau untuk tidak melakukan perjalanan keluar negeri agar tidak terjebak aturan baru.

"Ini situasi di mana harus memilih antara keluarga yang di sini atau rencana perjalanan," kata seorang insinyur teknologi India di Bandara San Francisco, dilansir Buiness Insider.

Keputusan mendadak ini membuat banyak pekerja membatalkan perjalanan, menunda kunjungan keluarga, dan bahkan mengeluarkan biaya besar untuk kepulangan cepat.

"Perintah ini menimbulkan kebingungan masif. Banyak pekerja yang terlambat pulang menghadapi risiko ditolak masuk kembali dan kerugian finansial besar dari pembatalan tiket dan akomodasi," ujar pengacara imigrasi Allen Orr, dilansir Al Jazeera.

2. Klarifikasi pemerintah AS dan kekhawatiran pemerintah India

Gedung Putih dan Departemen Perdagangan AS memberikan klarifikasi bahwa biaya 100 ribu dolar AS (Rp1,6 miliar) hanya berlaku pada aplikasi visa baru, bukan pada pemegang visa yang sudah ada atau pengajuan perpanjangan. Namun, klarifikasi ini terlambat sehingga tidak mampu meredakan kepanikan yang sudah meluas di komunitas pekerja luar negeri.

Pemerintah India menyatakan keprihatinan atas dampak kebijakan ini terhadap pekerja dan keluarga mereka.

"Langkah ini dapat menimbulkan konsekuensi kemanusiaan akibat gangguan pada keluarga-keluarga pekerja," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India, dilansir Times of India.

3. Dampak pada industri teknologi dan reaksi perusahaan besar

Keputusan Trump disambut dengan kekhawatiran luas di kalangan perusahaan teknologi dan finansial AS yang sangat bergantung pada tenaga kerja yang memegang visa H-1B. Perusahaan seperti Amazon, Microsoft, Meta, Google, dan Apple sebelumnya mengandalkan pekerja dari India dan Cina secara signifikan. Amazon mengeluarkan peringatan agar karyawannya yang memegang visa H-1B tetap tinggal di Amerika dan segera kembali jika sedang di luar negeri.

"Perusahaan harus menilai apakah individu tersebut layak membayar biaya tahunan 100 ribu dolar AS (Rp1,6 miliar) atau harus merekrut pekerja Amerika," kata Kementerian Perdagangan AS melalui Sekretaris Howard Lutnick.

Kebijakan ini dipandang akan mengurangi drastis jumlah visa H-1B yang dikeluarkan dan memaksa perusahaan beradaptasi dengan strategi rekrutmen dan pengelolaan tenaga kerja baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team