Ilustrasi rumah jagal. (Pixabay.com/BlackRiv)
Melansir dari Reuters, JBS saat ini telah mengalami gangguan produksi, bila penghentian terus berlanjut harga daging di AS akan menjadi lebih mahal selama musim memanggang di musim panas dan ekspor daging dapat terganggu pada saat permintaan kuat dari Tiongkok. Menurut Departemen Pertanian AS, USDA, saat ini harga untuk potongan daging sapi AS pilihan yang dikirim ke pembeli grosir melonjak dari 3,59 dolar AS (Rp51 ribu) menjadi 334,56 dolar AS (Rp4,7 juta) per seratus pon. Harga untuk pemotongan tertentu naik dari 5,55 dolar AS (Rp79 ribu) menjadi 306,45 dolar AS (Rp4,3 juta) per seratus pon.
Serangan ini di telah membuat JBS AS menyembelih 94 ribu sapi pada hari 2 Juni 2021, turun 22 persen dari minggu sebelumnya dan 18 persen dari tahun sebelumnya. Pemotongan daging babi juga turun 20 persen dari minggu lalu dan 7 persen dari tahun lalu.
Karena serangan tersebut telah mempengaruhi pasokan dan harga, USDA, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan badan-badan lainnya memantau dengan cermat pasokan daging dan unggas. Badan-badan tersebut juga bekerja dengan pengolah pertanian untuk memastikan produk bergerak secara efisien dan tidak ada manipulasi harga yang terjadi sebagai akibat dari serangan siber.
Serangan siber membuat penyembelihan dibatalkan di pabrik daging sapi JBS di Greeley. JBS Beef di Cactus, Texas dan JBS di Grand Island, Nebraska, menyampaikan bahwa pemotongan tidak akan berjalan pada 1 Juni. Karena hal itu serikat pekerja mendesak JBS untuk memastikan pekerja menerima pembayaran yang dijamin secara kontraktual selama penutupan.
Melansir dari BBC, JBS Kanada di Alberta juga terpengaruh, dengan penyembelihan dibatalkan selama dua hari sejak serangan. JBS di Australia yang merupakan pengolah daging terbesar di Australia, dengan 47 fasilitas di beberapa negara bagian telah menghentikan operasi. Serangan ini tidak berdampak pada produksi di Amerika Selatan.