Pemimpin Ahmadiyah Serukan Umat Islam di Seluruh Dunia Bersatu

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah, Mirza Masroor Ahmad, menyerukan persatuan umat muslim di tengah gejolak dunia yang kerap menyudutkan Islam. Pernyataan itu disampaikan terkait aksi pembakaran Al-Qur’an di Swedia, kekerasan terhadap warga Palestina, dan kerusuhan rasial di Prancis.
Menurut Mirza, umat Islam yang bersatu dapat mengakhiri semua bentuk kebencian dan perpecahan sektarian.
1. Tanggapan soal situasi di Palestina
Terkait situasi di Palestina, ketika menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Mubarak, Islamabad, Pakistan pekan lalu, Mirza berharap umat Islam bisa bersatu untuk membantu muslim Palestina melawan ekstremisme Israel.
“Semoga Allah memberi mereka pemimpin yang memenuhi hak-hak mereka, membimbing mereka dengan benar dan membebaskan mereka dari ketidakadilan yang dilakukan terhadap mereka,” kata pria yang karib disapa Huzur.
“Kekejaman yang mereka hadapi telah mencapai tingkat ekstrem, tetapi tidak ada yang melindungi atau membimbing mereka. Jika saja umat Islam di dunia mau bersatu, mereka akan dibebaskan dari cobaan dan kesengsaraan ini,” tambahnya.
2. Tanggapan soal pembakaran Al-Qur'an di Swedia
Kemudian, Huzur juga mengutuk pembakaran Al-Qur’an di Swedia yang mengatasnamakan kebebasan berekspresi, yang digunakan oleh banyak orang untuk melawan Islam.
“Mereka dengan kejam mempermainkan sentimen umat Islam melalui tindakan balas dendam yang menyebabkan penderitaan mendalam bagi umat Islam. Tindakan mereka kejam dan menjijikkan, di mana mereka menajiskan Al-Qur'an atau menggunakan kata-kata vulgar tentang Nabi Muhammad,” katanya.
Kendati begitu, Huzur mengajak umat muslim untuk menjadikan kejadian ini sebagai momentum untuk instropeksi.
“Pemerintah muslim juga harus disalahkan atas situasi mengerikan yang dihadapi umat Islam, karena perpecahan merekalah yang memungkinkan kekuatan anti-Islam bertindak dengan cara-cara keji ini,” katanya.
3. Tanggapan soal kerusuhan di Prancis
Mirza juga angkat bicara mengenai kerusuhan di Prancis, yang dipicu oleh aksi represif polisi atas kematian remaja Nahel Merzouk.
“Muslim juga menjadi sasaran di Perancis. Meski demikian, reaksi kekerasan dari muslim tertentu dan mereka yang bergabung bukanlah pendekatan yang tepat. Tidak ada yang bisa dicapai dengan menyebabkan kehancuran,” katanya.
“Sebaliknya, umat Islam harus memastikan bahwa tindakan mereka tetap sesuai dengan ajaran Islam. Karena hanya ketika kata-kata dan perbuatan umat Islam sesuai dengan ajaran Islam, mereka akan mencapai kedamaian dan kesuksesan,” tambahnya.