Melansir Al Jazeera, pihak militer AS telah memastikan tidak ada korban sipil yang terlibat dalam serangannya.
"Perencanaan ekstensif dilakukan dalam operasi ini untuk memastikan keberhasilan pelaksanaannya. Tinjauan awal menunjukkan tidak ada korban sipil," ujar militer AS.
Laporan lain menyatakan, bahwa al-Agal mempunyai agenda tertentu untuk mengembangkan jaringan ISIS di luar Irak dan Suriah. Pada Februari lalu, pemimpin tertinggi ISIS melakukan bom bunuh diri saat serangan militer AS berlangsung di Suriah, melansir Reuters.
Tewasnya pimpinan menjadi pukulan bagi ISIS, sekaligus memberikan waktu untuk organisir kembali kekuatan pasukan, setelah kehilangan sebagian besar wilayah kekuasaannya.
Sebagai informasi, AS memiliki sekitar 900 tentara yang ditempatkan di Suriah, tepatnya di bagian timur. Saat ini, kondisi perang saudara di Suriah telah berlangsung selama satu dekade.
Sampai saat ini, Presiden AS Joe Biden belum umumkan rencana jangka panjang terkait maksud dan tujuan penempatan militernya dalam misi delapan tahunan itu.