Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)
Persaingan antara Hasina dan Zia telah berlangsung selama beberapa dekade. Pemerintahan Hasina berada di bawah tekanan selama berbulan-bulan karena oposisi menggelar demonstrasi anti-pemerintah yang sebagian besar dilakukan secara damai.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Obaidul Quader, sekretaris jenderal partai yang berkuasa pada hari Minggu mengatakan bahwa tidak akan ada dialog dengan oposisi sebelum pemilu kecuali mereka menyetujui empat isu, termasuk menghentikan seruan pemerintahan sementara. Partai tersebut menuntut Hasina tetap menjadi kepala pemerintahan hingga pemilu, dan menolak perubahan apa pun di komisi pemilihan.
Partai yang berkuasa dan 13 sekutunya juga akan berunjuk rasa di Dhaka pada hari Senin untuk mengecam kekerasan yang dilakukan oleh oposisi.
Hasina, yang menggembar-gemborkan agenda pembangunannya, berharap dapat kembali berkuasa untuk masa jabatan keempat berturut-turut. Dia mengatakan pemilu harus diadakan di bawah pengawasan pemerintahnya sebagaimana ditentukan dalam konstitusi.
Namun, pihak oposisi mengatakan pemilu tidak akan berlangsung bebas dan adil, meskipun Hasina sudah berjanji. Kritikus dan kelompok hak asasi manusia menganggap pemerintahan Hasina menekan suara oposisi.
Hasina baru-baru ini mengatakan kepada parlemen bahwa Amerika Serikat (AS) ingin memecatnya dari kekuasaan dengan cara apa pun. AS telah mengancam akan menolak memberikan visa kepada mereka yang dianggap menghalangi proses pemilu, termasuk anggota lembaga penegak hukum serta partai berkuasa dan oposisi.