Berebut Pengaruh dengan China-AS, Prancis Kunjungi Bangladesh

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan diplomatik ke Bangladesh pada Senin (11/9/2023). Kunjungan itu dilakukan usai menghadiri KTT G20 di India.
Dalam kesempatan tersebut, Macron mengecam model imperialisme baru. Presiden Prancis sadar bagaimana Amerika Serikat (AS) dan China telah memiliki pengaruh besar di wilayah tersebut. Dia datang menawarkan alternatif ketiga sebagai bagian strategi di Indo-Pasifik.
Menurut Macron, Bangladesh saat ini telah mendapatkan panggung global dengan kemajuan ekonomi yang pesat. Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina menyambut dorongan Prancis dan menyebutnya sesuai dengan kebijakan luar negeri.
1. Alternatif ketiga tanpa niat menindas mitra

Sebagai salah satu negara dengan kekuatan ekonomi dan militer yang kuat, Prancis masih tertinggal dalam penyebaran pengaruh secara global. Presiden Macron telah mendorong negaranya untuk menawarkan diri sebagai alternatif ketiga setelah AS dan China yang telah banyak mendapat pengaruh secara luas.
Di Bangladesh, Macron mengatakan ingin menjalin kemitraan tanpa niat menindas atau mengarahkan.
"Berdasarkan prinsip demokrasi dan supremasi hukum, di kawasan yang menghadapi imperialisme baru, kami ingin mengusulkan cara ketiga, tanpa niat untuk menindas mitra kami atau mengarahkan mereka ke skema yang tidak berkelanjutan," kata Presiden Prancis dikutip dari France24.
Macron memuji negara di Asia Selatan itu telah mencapai keberhasilan luar biasa. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan jumlah penduduk terbesar kedelapan di dunia, membuat Bangladesh kini jadi salah satu negara yang diperhitungkan di panggung global.
2. Potensi kerja sama senilai Rp49,1 triliun
Dalam kemitraan Prancis-Bangladesh, Macron dan Hasina membahas komitmen kerja sama dari maskapai penerbangan Biman Airlines dan perusahaan Airbus Prancis. Biman yang telah membeli pesawat dari Boeing AS, kini berupaya membeli 10 pesawat pabrikan Paris.
Dilansir Le Monde, kontrak potensial dari kerja sama tersebut dapat bernilai hingga 3,2 miliar dolar atau sekitar Rp49,1 riliun. Macron mengatakan pembelian pesawat Airbus adalah salah satu poin penting dari kemitraan tersebut.
"Kami sudah meminta 10 pesawat secara bertahap. Panitia teknis kini sedang mengevaluasi. Pesawat ini akan digunakan pada rute baru dan lama. Setiap negara memiliki Airbus dan Boeing dalam armadanya. Tapi kami hanya punya Boeing, tidak ada satu pun Airbus," kata Mahbub Ali, menteri junior penerbangan sipil Bangladesh.
Selain itu, Paris juga menawarkan kerja sama bisnis lainnya dengan memperdalam hubungan bilateral bersama Dhaka.
"Kami berdua berharap langkah strategis baru antara Bangladesh dan Prancis ini akan memainkan peran efektif dalam membangun stabilitas dan perdamaian regional dan global," kata Hasina.
3. Kerja sama infrastruktur dan teknologi tinggi

Istana Kepresidenan Elysee mengatakan, selama enam bulan terakhir, Presiden Macron telah berbuat banyak terhadap Asia Selatan. Itu lebih banyak dibanding kurun waktu satu dekade.
Kunjungan Macron ke Bangladesh, juga merupakan tindak lanjut pengembangan strategi di Indo-Pasifik setelah dia mengunjungi Kaledonia Baru, Vanuatu, Papua Nugini dan Sri Lanka.
Dilansir VOA News, Macron juga menyaksikan penandatangan perjanjian memfasilitasi Bangladesh mendapat pinjaman untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, Paris juga ingin menyediakan sistem satelit observasi lewat kerja sama Bangladesh Satellite Company Limited, atau BSCL, dan Airbus Defence and Space SAS.
Ketua Bangladesh Satellite Company, Shahjahan Mahmud, mengatakan satelit yang akan dibeli bakal digunakan untuk mengamati status tanaman dan laut. Ini karena Dhaka sejauh ini belum memiliki sistem pemantauan seperti itu.