Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi serangan penembakan (unsplash.com/Maxim Hopman)
ilustrasi serangan penembakan (unsplash.com/Maxim Hopman)

Intinya sih...

  • Beberapa orang masih belum ditemukan karena kerusakan parah yang ditimbulkan oleh kebakaran di gereja Mormon AS

  • Pemerintah Michigan dan Presiden AS mengutuk penembakan tersebut, mengecam kekerasan di tempat ibadah

  • Serangan bersenjata juga terjadi di sejumlah wilayah lainnya di AS, termasuk penembakan massal di ruang publik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya empat orang tewas akibat penembakan dan kebakaran di gereja Mormon di negara bagian Michigan, Amerika Serikat (AS). Delapan lainnya juga mengalami luka-luka, dengan satu di antaranya dalam kondisi kritis.

Polisi mengatakan, seorang pria berusia 40 tahun menabrakkan kendaraannya ke pintu depan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Grand Blanc Township pada Minggu (28/9/2025) pagi. Setelah itu, ia keluar dan menembaki ratusan jemaat gereja yang sedang menghadiri kebaktian. Polisi kemudian tiba di lokasi dan menembak mati pelaku.

Dilansir dari BBC, pria bersenjata itu diidentifikasi sebagai Thomas Jacob Sanford, seorang veteran Korps Marinir yang berasal dari kota terdekat, Burton.

1. Beberapa orang masih belum ditemukan

Pihak berwenang mengatakan, berapa orang masih belum ditemukan karena seluruh area gereja belum dapat diperiksa akibat kerusakan parah yang ditimbulkan oleh kebakaran. Hasil penyelidikan sementara itu menunjukkan bahwa pelaku menggunakan semacam bahan akselerator, yang diyakini berupa bensin, untuk membakar gereja.

Belum jelas apa motif serangan tersebut, tapi Biro Penyelidikan Federal (FBI) menyatakan sedang menyelidiki insiden itu sebagai tindakan kekerasan yang ditargetkan.

Seorang perempuan bernama Paula menceritakan bagaimana ia berhasil melarikan diri dari gereja tersebut.

"Saya kehilangan teman-teman di sana, dan beberapa anak sekolah dasar yang saya ajar pada Minggu terluka. Ini sangat menyedihkan bagi saya," ungkapnya.

2. Pemerintah kecam serangan tersebut

Dalam sebuah pernyataan, Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer, mengecam penembakan tersebut dan menyampaikan solidaritasnya kepada komunitas Grand Blanc, sebuah kota berpenduduk 7.700 orang yang terletak sekitar 100 km barat laut Detroit.

“Kekerasan di mana pun, terutama di rumah ibadah, tidak dapat diterima,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Presiden AS, Donald Trump, mengatakan dirinya telah mendapat pengarahan mengenai peristiwa mengerikan itu, sementara wakilnya, JD Vance, mengajak masyarakat untuk mendoakan para korban dan petugas penyelamat di Grand Blanc. Kepala FBI, Kash Patel, mengatakan bahwa agen FBI telah berada di lapangan untuk membantu polisi dalam penyelidikan.

"Kekerasan di tempat ibadah adalah tindakan pengecut dan kriminal. Doa kami menyertai para korban dan keluarganya di tengah tragedi yang mengerikan ini," tulisnya di platform X.

3. Serangan bersenjata juga terjadi di sejumlah wilayah lainnya di AS

Jemaat Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir biasa dikenal sebagai Mormon. Adapun penembakan ini terjadi sehari setelah wafatnya pemimpin Mormon, Russell Nelson, yang meninggal di rumahnya di Salt Lake City pada usia 101 tahun.

Dilansir dari The Guardian, sejumlah penembakan massal juga terjadi di ruang publik sepanjang akhir pekan. Pada Sabtu (27/9/2025) malam, sedikitnya tiga orang tewas dan delapan lainnya terluka akibat penembakan di sebuah bar tepi pantai di kota pesisir North Carolina.

Di Texas selatan, dua orang ditewas dalam penembakan di sebuah kasino pada Minggu dini hari. Sementara itu, di New Orleans, seorang perempuan tewas dan tiga lainnya terluka dalam penembakan di Bourbon Street, kawasan populer di kota tersebut, juga pada Minggu dini hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team