Pentingnya Indonesia dalam Mediasi Korea Selatan dan Utara

Jakarta, IDN Times - Indonesia dianggap sebagai salah satu mitra penting, bahkan negara paling strategis dalam proses unifikasi Korea Selatan dan Utara. Secara historis dan politis, Indonesia ternyata memiliki posisi yang begitu sentral untuk menjadi mediator demi terciptanya stabilitas di kawasan Semenanjung Korea.
Sudah bukan rahasia lagi, Indonesia dan Korea Selatan saat ini memiliki hubungan yang cukup mesra. Lewat berbagai kesempatan Indonesia selalu menekankan pentingnya kedamaian di kawasan semenanjung Korea.
Terutama, melalui ASEAN Regional Forum (ARF), Indonesia bisa memainkan peranannya dalam upaya perdamaian di semenanjung Korea. Apalagi, Korea Selatan merupakan anggota ARF dan Korea Utara sempat mengirim utusannya.
"ARF punya modal untuk menjadi media dalam membangun perdamaian ketika membahas keamanan regional agar bisa diterima semua pihak. Makanya, di sini menjadi jalan bagi Indonesia pula dalam memainkan perannya," ujar Mantan Koordinator Bilateral Desk Indonesia-Korea di Kementerian Luar Negeri, Ukky Puji Basuki, dalam forum Indonesia-Korea Journalist Network yang diselenggarakan FPCI bersama Korea Foundation, beberapa waktu lalu.
1. Indonesia punya sejarah dengan Korut
Ditinjau dari segi historis, Indonesia sebenarnya begitu mesra dengan Korea Utara. Ada ikatan batin yang tercipta, bahkan Korea Utara sempat memanggil Indonesia sebagai "kakak", seiring dengan persamaan dalam Gerakan Non-Blok (GNB).
Relasi antara Korea Utara dengan Indonesia terjalin ketika masa pemerintahan Presiden Soekarno. Kemudian, Korea Utara juga sempat mengirim pemimpinnya, Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara satu-satunya yang dikunjungi dua pemimpin Koea bersamaan.
Tak cuma itu, relasi Indonesia dan Korea Utara juga terjalin lewat sebuah bunga. Anggrek dendrobium, yang berasal dari Indonesia, dibudidayakan di Korea Utara dan namanya diubah menjadi Kimilsungia. Munculnya bunga ini di Korea Utara juga didasari atas hadiah Presiden Soekarno kepada Kim Il Sung.
"Indonesia punya sejarah juga dengan Korea Utara. Jakarta juga tempat yang netral. Dialog bisa saja digelar di Jakarta, demi membantu dialog antara Korea Utara dengan dunia," ujar Ukky.