AS Klaim Ada 8.000 Pasukan Korea Utara di Rusia

Jakarta, IDN Times – Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Robert Wood, mengklaim bahwa sudah ada 8 ribu tentara Korea Utara (Korut) di wilayah Rusia. Mereka nantinya akan berpartisipasi dalam perang melawan Ukraina.
"Saya punya pertanyaan yang sangat terhormat untuk kolega Rusia saya. Apakah Rusia masih bersikukuh bahwa tidak ada pasukan Korut di Rusia?" kata Wood kepada Dewan Keamanan (DK) PBB pada Kamis (31/10/2024), dilansir dari Reuters.
Utusan Rusia tak langsung memberikan jawaban atas klaim tersebut. Adapun Korut yang sebelumnya menolak klaim itu kini mengatakan bahwa pengerahan pasukan tersebut sejalan dengan hukum internasional.
Pemerintah Ukraina turut mengafirmasi pengiriman pasukan Korut ke Rusia. Pada Rabu, mereka menyebut ada tiga jenderal Korut yang mendampingi pasukan negara Asia itu di Rusia. Mereka telah berada di wilayah Kursk dan siap ditempatkan di perbatasan.
1. Jumlah pasukan akan mencapai 10 ribu

Dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Pertahanan AS sebelumnya mengatakan bahwa jumlah pasukan yang akan dikirimkan Korut ke Rusia adalah 10 ribu tentara. Pasukan tersebut kabarnya sedang menuju ke perbatasan Ukraina untuk ikut bertempur dalam konflik Rusia-Ukraina.
"Sebagian dari tentara tersebut telah bergerak mendekati Ukraina, dan kami semakin khawatir bahwa Rusia bermaksud menggunakan tentara tersebut dalam pertempuran atau untuk mendukung operasi tempur melawan pasukan Ukraina di Oblast Kursk Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina," kata juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, pada Senin.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan, pengerahan itu mengancam keamanan nasional negaranya dan masyarakat internasional. Ia mengecam kerja sama militer ilegal antara Rusia dan Korut.
Pentagon memiliki kekhawatiran yang sama. Terlibatnya Korut dalam perang berisiko memperluas skala perang yang sudah terjadi selama 2 tahun terakhir itu.
2. Pasukan Korut tak akan bertahan lama

Sejumlah pengamat menilai bahwa pasukan Korut yang dikirim ke Rusia tak akan tahan dengan kondisi perang. Banyak tentara yang dikirim merupakan bagian dari pasukan elite, namun pengalaman yang minim membuat mereka rentan untuk dibantai.
“Mereka masih terlalu muda dan tidak akan mengerti apa artinya. Mereka hanya akan menganggapnya sebagai suatu kehormatan untuk dipilih sebagai orang-orang yang akan pergi ke Rusia di antara banyak tentara Korut,” kata mantan anggota unit pasukan khusus Korut Storm Corps, Lee Woong Gil, dilansir dari AP News.
Gil menambahkan, banyak dari mereka kemungkinan tak akan pulang dengan kondisi hidup. Ia juga menyebut, dari sudut pandang Korea Utara, para prajurit ini mungkin tidak sesedih yang dipikirkan orang luar.
Mereka pada kenyataannya memandang tur Rusia dengan bangga dan sebagai kesempatan langka untuk menghasilkan banyak uang, melihat negara asing untuk pertama kalinya, dan mendapatkan perlakuan istimewa bagi keluarga mereka di rumah.
3. China juga dituduh terlibat dalam konflik Ukraina

AS juga berselisih dengan China dalam rapat DK PBB. Washington menuduh Beijing memberikan dukungan skala besar terhadap industri pertahanan Rusia.
"China tidak dapat secara kredibel mengklaim sebagai juru bicara perdamaian jika hal itu memungkinkan Rusia melancarkan perang terbesar di Eropa dalam beberapa dekade. Dukungan China terhadap Rusia sangat menentukan. Dukungan China memperpanjang perang," kata Wood.
Adapun utusan China untuk PBB, Geng Shuang, menyebut klaim AS tersebut tak berdasar dan berupaya menyebarkan kecemasan terhadap dunia. Ia menyebut China sama sekali tak memasok Rusia dengan senjata. Barang-barang dengan fungsi ganda juga telah diatur secara ketat.
"Washington menebar kecemasan, mengarang-ngarang musuh, dan memicu konfrontasi. Kami menentang tindakan AS yang mencoreng nama baik China terkait masalah Ukraina dan menerapkan yurisdiksi serta memberikan sanksi kepada perusahaan dan entitas China terkait masalah ini," ungkapnya.