Banyak warga dari negara-negara di Afrika dan Timur Tengah bergantung pasokan gandum dari Ukraina dan Rusia. Ketika dua negara itu terlibat perang, secara otomatis perdagangan ekspor mereka terganggu. Sanksi negara-negara Barat kepada Rusia juga memicu negara tersebut kesulitan melakukan aktivitas perdagangan.
Josef Schmidhuber tidak dapat menghitung berapa banyak perang di Ukraina tersebut harus disalahkan atas kenaikan harga pangan. Dia menekankan, faktor logistik telah memiliki peran besar karena tidak ada ekspor lewat Laut Hitam dan Baltik, dua jalur perdagangan Ukraina-Rusia.
Dengan negara-negara Afrika dan Timur Tengah yang bergantung pada produk dua negara tersebut, maka perang telah mengancam kekurangan pangan. Di Asia juga mengalami ancaman tersebut.
Dilansir Al Jazeera, ada jutaan orang yang bergantung pada gandum dan biji-bijian lain yang terjangkau dari Laut Hitam. Mereka biasa hidup dari roti dan mie murah. Ketidakstabilan politik lebih lanjut, telah mengkhawatirkan nasib mereka.
Di sisi lain, produsen biji-bijian besar seperti AS, Kanada, Prancis, Australia dan Argentina telah diharapkan untuk meningkatkan produksi. Tapi para petani mengeluhkan kenaikan biaya bahan bakar dan pupuk, kekeringan dan gangguan rantai pasokan.
Sib Ollo, peneliti senior untuk Program Pangan Dunia menjelaskan, di Afrika Barat dan Tengah, gangguan itu tidak hanya perang di Ukraina, tapi juga diperparah konflik lokal, COVID-19, cuaca buruk dan masalah struktural lain dari negara-negara di wilayah tersebut.