Sanksi Baru AS untuk Rusia: Sasar Aset Putri Vladimir Putin

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Rabu (6/4/2022) mengumumkan paket sanksi terbaru untuk Rusia, sebagai respons atas dugaan pembunuhan warga Ukraina di kota Bucha.
Kali ini, AS memasukkan kedua putri Putin sebagai target sanksi, yaitu Maria Vorontsova dan Katerina Tikhonova. AS juga menargetkan beberapa keluarga tokoh publik Rusia seperti, istri dan putri Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mantan presiden dan perdana menteri Rusia Dmitry Medvedev, serta perdana menteri Rusia saat ini Mikhail Mishustin dilansir dari The Guardian.
Selain sanksi terhadap individu, AS juga menjatuhkan sanksi pada beberapa bank terbesar di Rusia, yaitu Sberbank dan Alfa Bank. AS juga melarang warganya untuk menanamkan investasi ke Rusia.
1. AS menduga putri Putin sembunyikan beberapa aset ayahnya
Menurut seorang pejabat AS yang dilansir dari CNN, keputusan AS menjatuhkan sanksi kepada keluarga Putin karena mereka diyakini menyembunyikan sejumlah aset milik ayahnya.
Walaupun belum diketahui dengan detail aset seperti apa yang disembunyikan, namun pejabat AS tersebut mengatakan bahwa praktik seperti itu sering dilakukan oleh para elit Rusia.
"Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa Putin dan banyak kroninya dan oligarki menyembunyikan kekayaan dan aset mereka dengan anggota keluarga yang telah menempatkan aset dan kekayaan mereka di sistem keuangan AS, tetapi banyak juga yang disimpan di bagian dunia lainnya," kata pejabat itu.
"Itulah sebabnya sangat diperlukan koordinasi bersama untuk membekukan aset mereka dan menyita barang-barang mewah fisik mereka, mobil mereka, kapal pesiar mereka, rumah mereka," tambah dia.
Maria Vrontsova, putri tertua Putin, merupakan seorang spesialis mengenai penyakit langka pada anak. Sedangkan, Katerina Tikhonova merupakan seorang akademisi yang selama bertahun-tahun berkompetisi dalam kontes tari rock-and-roll akrobatik. Pada 2020 ia ditunjuk untuk menjalankan institut kecerdasan buatan di Universitas Negeri Moskow.
AS tercatat telah memberikan sanksi kepada lebih dari 140 oligarki dan anggota keluarga mereka dan lebih dari 400 pejabat pemerintah Rusia.
2. Bank dan institusi keuangan Rusia juga terkena sanksi
Sanksi baru AS atas Rusia ini juga akan menyasar Sberbank, yang memegang sepertiga dari total aset perbankan Rusia dan juga Alfabank dilansir Reuters.
Selain itu, beberapa perusahaan yang dikelola pemerintah Rusia juga terjerat sanksi. Akibatnya, bank dan perusahaan milik Rusia yang terdampak akan kesulitan memindahkan uang mereka melalui sistem keuangan global, sehingga menghambat kegiatan perdagangannya.
Pengumuman lebih lanjut mengenai sanksi ini akan diumumkan oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat pada Kamis (7/6/2022).
"PDB Rusia diproyeksikan menyusut dua digit tahun ini. Saat ini Rusia sedang dalam proses isolasi sebagai negara paria. Menurut prediksi IMF, guncangan ekonomi tahun ini akan setara dengan keuntungan ekonomi Rusia 15 tahun kebelakang," kata seorang pejabat AS dilansir CNN.
3. Uni Eropa sedang menyusun paket sanksi baru untuk Rusia
Selain AS, negara-negara Uni Eropa juga berencana meluncurkan paket sanksi baru bagi Rusia. Namun, pembicaraan mengenai sanksi baru ini berjalan panas akibat munculnya perdebatan menganai pemblokiran terhadap impor batu bara dari Rusia.
Wacana pemblokiran terhadap impor batu bara dari Rusia ini menjadi perdebatan, dikarenakan ada beberapa negara Uni Eropa yang sumber energinya yang masih bergantung dari impor batubara Rusia, seperti Jerman, dan Italia.
Jerman, yang 55 persen gasnya berasal dari Rusia, khawatir akan terjadi peningkatan penagguran dan kenaikan harga BBM jika menyetop impor dari Rusia. Jerman dan Italia sebelumnya telah menolak untuk membayar impor Rusia dengan rubel.
Namun, Berlin kemudian menawarkan solusi yang memungkinkannya membayar gas dalam euro, yang kemudian akan diubah menjadi rubel oleh Gazprombank Rusia.
Belarus juga menolak untuk menyetop impor batu bara dari Rusia dan menyatakan bahwa negaranya akan tetap melakukan pembayaran impor dengan menggunakan rubel.
Paket sanksi dari Uni Eropa ini direncanakan meliputi pemblokiran 4 bank asal Rusia dari sistem perbankan internasional, SWIFT.
Selain itu, Belanda sebagai negara eropa dengan pelabuhan terbesarnya di Kota Rotterdam juga menyetujui pelarangan kapal Rusia untuk berlabuh.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, juga mengajukan agar perusahaan transportasi Rusia dan Belarus dilarang masuk ke Uni Eropa. Dalam hal perdagangan, komisi mengajukan pelarangan bagi negara-negara Uni Eropa mengekspor barang-barang teknologi tinggi ke Rusia, seperti komputer kuantum dan juga semikonduktor.
Rusia juga dilarang mengimpor produk-produk seperti, kayu, semen, makanan laut, dan alkohol yang diperkirakan bernilai 5,5 miliar euro ke Rusia setiap tahun.