Jakarta, IDN Times - Blokade dan perang yang berkecamuk di Jalur Gaza telah mengakibatkan para perempuan di sana kesulitan mendapatkan pembalut atau produk sanitasi lainnya. Akibatnya, mereka terpaksa menggunakan popok atau potongan kain seadanya selama menstruasi, yang menurut para dokter dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Ola Sameh, perempuan 38 tahun, mengatakan bahwa ia awalnya sempat menimbun pembalut. Namun perang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakannya, sehingga ia terpaksa menggunakan popok bayi sebagai alternatif.
“Awalnya popok bayi hanya sedikit, tapi saat bantuan masuk ke Gaza saat gencatan senjata, mereka membawa popok, tapi tidak membawa pembalut," kata Sameh kepada The National.
Beberapa perempuan lain memilih menggunakan handuk kecil atau potongan kain seadanya. Namun, kendalanya adalah kurangnya air untuk mencuci.
Menurut ActionAid, beberapa tempat penampungan hanya memiliki satu pancuran untuk setiap 700 orang, dan satu toilet untuk setiap 150 orang.
“Sama sekali tidak ada apa-apa, tidak ada privasi, tidak ada sabun untuk menjaga kebersihan, tidak ada perlengkapan menstruasi,” kata LSM tersebut.