Perempuan Gaza Terpaksa Pakai Kain dan Popok Bayi untuk Pembalut

Jakarta, IDN Times - Blokade dan perang yang berkecamuk di Jalur Gaza telah mengakibatkan para perempuan di sana kesulitan mendapatkan pembalut atau produk sanitasi lainnya. Akibatnya, mereka terpaksa menggunakan popok atau potongan kain seadanya selama menstruasi, yang menurut para dokter dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Ola Sameh, perempuan 38 tahun, mengatakan bahwa ia awalnya sempat menimbun pembalut. Namun perang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakannya, sehingga ia terpaksa menggunakan popok bayi sebagai alternatif.
“Awalnya popok bayi hanya sedikit, tapi saat bantuan masuk ke Gaza saat gencatan senjata, mereka membawa popok, tapi tidak membawa pembalut," kata Sameh kepada The National.
Beberapa perempuan lain memilih menggunakan handuk kecil atau potongan kain seadanya. Namun, kendalanya adalah kurangnya air untuk mencuci.
Menurut ActionAid, beberapa tempat penampungan hanya memiliki satu pancuran untuk setiap 700 orang, dan satu toilet untuk setiap 150 orang.
“Sama sekali tidak ada apa-apa, tidak ada privasi, tidak ada sabun untuk menjaga kebersihan, tidak ada perlengkapan menstruasi,” kata LSM tersebut.
1. Supermarket dan apotek di Gaza kehabisan produk sanitasi untuk perempuan
Supermarket dan apotek di wilayah pesisir Palestina telah kehabisan barang-barang sanitasi penting setelah 10 minggu blokade dan pemboman tanpa henti yang dilakukan oleh tentara Israel.
Pada Minggu (17/12/2023), penyeberangan Kerem Shalom yang menghubungkan Israel dan Gaza kembali dibuka untuk masuknya truk bantuan sejak pecahnya perang pada 7 Oktober. Namun, bantuan yang masuk tidak membawa cukup produk sanitasi.
“Saya memotong pakaian anak saya atau kain apa pun yang saya temukan, dan saya menggunakannya sebagai pembalut saat menstruasi,” ujar Hala Ataya, 25 tahun, di kota Rafah di bagian selatan.
Marie-Aure Perreaut Revial, dari Doctors Without Borders (MSF), mengungkapkan bahwa permintaan pil kontrasepsi telah meningkat empat kali lipat karena perempuan berupaya menunda menstruasi.
Sementara itu, Mahmoud Musalem, yang bekerja di salah satu apotek di pusat Gaza, mengatakan bahwa pil KB dan pembalut perempuan sudah tidak tersedia selama sebulan terakhir. Apoteknya telah mencoba menghubungi pemasok untuk membawa lebih banyak barang, namun mereka mengatakan barang yang diminta tidak tersedia.