Peretas China Curi Data 8 Perusahaan Telekomunikasi AS

Intinya sih...
- Delapan perusahaan telekomunikasi AS dibobol oleh kelompok peretas China bernama Salt Typhoon.
- Peretasan dilakukan untuk memata-matai tokoh politik terkemuka AS, termasuk panggilan dan teks warga negara AS.
- Tidak ada komunikasi rahasia para pejabat senior dan tokoh politik yang dibobol, namun risiko kompromi terhadap komunikasi terus berlanjut.
Jakarta IDN Times - Wakil penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), Anne Neuberger, mengatakan bahwa delapan perusahaan telekomunikasi jadi korban peretasan. Dia mengumumkan hal itu dalam jumpa pers pada Rabu (4/12/2024).
Para pejabat AS meyakini para peretas adalah kelompok yang berasal dari China. Mereka membobol sistem sebagai upaya memata-matai tokoh politik terkemuka AS sebagai bagian dari kampanye spionase.
Neuberger menyebutkan bahwa kelompok peretas dijuluki Salt Typhoon. Sejauh ini ada tiga perusahaan telekomunikasi yang jadi korban dan telah disebutkan, yakni AT&T, Verizon, dan Lumen Technologies. Sedangkan lima perusahaan lainnya belum disebutkan.
1. Tidak ada perusahaan yang bisa membasmi para peretas
Sebelum pengumuman peretasan itu diungkap ke publik, pada Selasa (3/12/2024), lembaga-lembaga di AS serta sekutu seperti Australia, Kanada, dan Selandia Baru, merilis panduan publik bagi perusahaan untuk melindungi diri dari peretas China.
Dilansir NBC News, para peretas memata-matai teks dan panggilan telepon warga negara AS secara signifikan dan lebih besar dari pada yang diketahui publik sebelumnya.
Neuberger mengatakan bahwa tim peretas dapat terus bersembunyi di sudut-sudut terpencil di jaringan komputer yang luas. Dia juga meyakini bahwa tidak ada satu pun perusahaan AS yang berhasil membasmi para peretas.
"Ada risiko kompromi yang berkelanjutan terhadap komunikasi hingga perusahaan-perusahaan AS mengatasi celah keamanan siber. Peretas China kemungkinan akan mempertahankan akses mereka," katanya.
2. Tidak ada komunikasi rahasia yang dibobol
Neuberger memperingatkan bahwa jumlah perusahaan telekomunikasi dan negara yang terkena dampaknya masih dapat bertambah. Tapi dia percaya tidak ada dampak peretasan yang mengakses hal rahasia para pejabat senior dan tokoh politik.
"Kami tidak yakin ada komunikasi rahasia yang dibobol," katanya, dikutip Associated Press.
Nueberger juga menjelaskan bahwa Presiden Joe Biden telah diberi tahu terkait temuan tersebut. Gedung Putih telah menjadikannya prioritas bagi pemerintah federal untuk melakukan semua hal yang bisa dilakukan guna mengungkap masalah itu hingga tuntas.
3. China tolak tuduhan AS
Juru bicara Kedutaan besar China di Washington, Liu Pengyu, menanggapi kabar tersebut. Dia menolak tuduhan yang diberikan AS, bahwa Beijing bertanggung jawab atas peretasan itu.
"AS perlu menghentikan serangan sibernya terhadap negara lain dan menahan diri dari menggunakan keamanan siber untuk memfitnah dan mencemarkan nama baik China," katanya, dikutip Al Jazeera.
Ini bukan kali pertama Washington menuduh China berada di balik aksi peretasan. Oktober lalu, otoritas federal AS mengonfirmasi bahwa peretas terkait China menargetkan calon presiden Donald Trump dan calon wakil presiden JD Vance, juga orang-orang yang terkait dengan Wakil Presiden Kamala Harris.