Ilustrasi sungai Seine di Paris, Prancis. (unsplash.com/J Shim)
Tragedi berdarah Paris 1961 merupakan sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 17 Oktober 1961, di mana saat itu terjadi aksi demonstrasi yang diselenggarakan di ibu kota Paris oleh Front Pembebasan Nasional (FLN) Aljazair untuk memprotes jam malam yang diberlakukan di Aljazair. Mereka menyerukan kemerdekaan Aljazair, yang saat itu masih menjadi koloni Prancis di Afrika Utara.
Lalu, polisi menyerang para demonstran yang diperkirakan ada 25.000 orang. Serangan tersebut terjadi secara brutal, kejam, dan berdarah. Sekitar 12.000 orang Aljazair ditangkap dan dipindahkan ke pusat penyortiran di Stadion Coubertain, istana olahraga dan tempat-tempat lain, banyak yang terluka, puluhan tewas dan tubuh mereka dibuang ke Sungai Seine.
Dikutip dari Reuters, Jumlah pasti korban dari peristiwa pembantaian tersebut tidak pernah ditetapkan, namun beberapa sejarawan menyebutkan lebih dari 200 orang tewas.
Pada tahun 1980-an terungkap bahwa Papon telah bekerja sama dengan pasukan Nazi yang menduduki Perang Dunia II dan terlibat dalam deportasi orang-orang Yahudi. Dia pun dihukum karena kejahatannya terhadap kemanusiaan, namun kemudian dibebaskan, menurut Al Jazeera.