Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pasukan Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Jakarta, IDN Times - Kamis, 24 Februari 2022 adalah hari kelam bagi Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer dan melancarkan serangan ke negara tersebut.

Sebagai serangan pembuka, Rusia meluncurkan beberapa rudal presisi tinggi yang disebut menargetkan basis militer Ukraina. Rusia mengatakan bahwa mereka tidak menargetkan bangunan sipil. Usai serangan rudal, Rusia melancarkan serangan udara.

Pada Jumat, serangan hari kedua berlanjut setelah mengatakan bahwa serangan hari pertama menuai kesuksesan. Serangan hari kedua diikuti dengan masuknya pasukan darat menggunakan kendaraan lapis baja seperti tank. Tentara Ukraina berusaha menahan pasukan Rusia, baku tembak terjadi di beberapa kota.

Berikut ini adalah peta lokasi serangan Rusia di seluruh Ukraina, yang memberi gambaran bagaimana Ukraina digempur dari tiga sisi perbatasan.

1. Lokasi pasukan Rusia di sekitar perbatasan yang mengepung Ukraina

ilustrasi lokasi pasukan Rusia di sebelah utara, timur dan selatan Ukraina (www.google.com/maps)

Sejak pertengahan tahun 2021, Rusia telah mengirim secara bertahap pasukannya ke sekitar perbatasan Ukraina. Semakin lama pengiriman itu semakin banyak dan meluas. Mereka terkonsentrasi di beberapa titik di dekat perbatasan utara, selatan dan timur Ukraina.

Sampai Januari 2022, intelijen Amerika Serikat (AS) memperkirakan jumlah pasukan Rusia sekitar 100 ribu tentara. Pada awal Februari, dilansir CNN, Departemen Luar Negeri AS mengklaim Presiden Putin mempersiapkan operasi bendera palsu sebagai dalih invasi Ukraina. Moskow menolak hal tersebut.

Tapi pada bulan Februari tersebut, jumlah tentara Rusia meningkat drastis menjadi lebih dari 150 ribu tentara. Ini terutama Rusia mengirim tentara untuk latihan militer di Belarusia dan di Semenanjung Krimea yang dulu milik Ukraina tapi dicaplok Rusia pada 2014.

Tentara Rusia disertai dengan peralatan militer lengkap seperti artileri dan kendaraan lapis baja yang berada di dekat perbatasan Ukraina.

2. Wilayah Ukraina yang dicaplok dan dipengaruhi Rusia

Krimea (bawah) yang dicaplok Rusia pada 2014 dan Donetsk serta Luhansk (kanan) yang dikuasai pemberontak pro-Rusia (www.google.com/maps/)

Sebelum Putin mengirim tentaranya memasuki Ukraina, pada tanggal 21 Februari dia mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Dua wilayah itu berada di Donbas, Ukraina. Mereka mendeklarasikan diri pada tahun 2014, tapi tidak ada negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengakuinya.

Donetsk dan Luhansk dikuasai pasukan pemberontak yang sebagian besar etnis Rusia. Sejak tahun 2014, tentara Ukraina terus terlibat baku tembak di garis kontak yang memisahkan dua kota tersebut dengan wilayah Ukraina.

Sebelum Donetsk dan Luhansk mendeklarasikan diri, Rusia sebelumnya telah mencaplok Semenanjung Krimea, wilayah ujung selatan Ukraina. Di daerah itu, sebagian besar warga Ukraina yang tinggal adalah etnis Rusia.

Setelah Donetsk dan Luhansk diakui kemerdekaannya, Putin memiliki alasan untuk mengirim tentara memasuki wilayah tersebut, yang secara resmi masih milik Ukraina. Tapi Putin berasalan pasukan yang dikirim untuk menjaga perdamaian dan melindungi etnis Rusia di tempat tersebut.

3. Hujan rudal Rusia di Ukraina

Ilustrasi lokasi "hujan" rudal Rusia di Ukraina (www.google.com/maps/)

Pada hari Kamis (24/2/22) pagi hari, banyak kota di Ukraina menerima "hujan" rudal presisi yang diluncurkan oleh Rusia. Bahkan rudal tersebut juga jatuh di ibu kota Kiev. Rudal-rudal itu menargetkan fasilitas militer Ukraina, baik itu pangkalan militer atau bandara.

Tanda bintang merah dalam peta di atas menunjukkan rudal-rudal Rusia yang jatuh ke Ukraina. Rudal-rudal tersebut diluncurkan pada waktu pagi hari sebagai serangan awal.

Dilansir CBS News, Washington memperkirakan rudal yang diluncurkan Rusia untuk menyerang Ukraina sebagai serangan pembuka, melibatkan 100 rudal. Rudal-rudal tersebut diluncurkan dari darat dan laut.

Dalam analisa sementara, rudal yang digunakan termasuk rudal balistik jarak pendek dan menengah, rudal jelajah dan rudal permukaan-ke-udara. Setelah serangan rudal, Rusia mengirim 75 bomber yang menargetkan sistem pertahanan udara dan pangkalan militer Ukraina.

Dilansir USA Today, Kementrian Dalam Negeri Ukraina mengatakan rudal yang ditembakkan oleh Rusia lebih dari 100 rudal. Serangan datang dari arah yang berbeda.

4. Baku tembak tentara Rusia-Ukraina

ilustrasi gerakan pasukan Rusia dan lokasi baku tembak dengan pasukan Ukraina (www.google.com/maps/)

Usai serangan rudal dan bomber, pasukan darat Rusia diketahui mulai melakukan pergerakan secara terkoordinasi. Dari mulai utara, pasukan Rusia melewati perbatasan Ukraina menuju Chernihiv dengan tujuan ibu kota Kiev.

Pasukan Rusia dari Belarusia juga menyeberang dan menuju Chernobyl untuk menguasainya. Chernobyl adalah pembangkit listrik nuklir yang mengalami kebocoran terburuk era Soviet. Rute ini diambil karena kemungkinan rute terdekat untuk menyerbu Kiev.

Dilansir BBC, pasukan Rusia disebut telah menguasai pangkalan udara Antonov dan menguasai lapangan terbang Gostomel di selatan Kiev. Baku tembak terjadi di pinggiran ibu kota.

Dari timur, kolom baja pasukan Rusia yang berupa tank dan kendaraan tempur lainnya menuju kota Kharkiv dari Belogorod. Beberapa video yang beredar di media sosial memperlihatkan beberapa tank terbakar. Tapi tidak diketahui itu tank pasukan Rusia atau pasukan Ukraina.

Dari selatan, pasukan Rusia yang terkonsentrasi di Krimea membawa kendaraan tempur menuju Kherson. Pasukan laut Rusia juga telah mendarat di Odesa dan Mariupol.

Rusia dalam beberapa hari terakhir telah menempatkan kapal pendarat yang membawa tank tempur utama, kendaraan lapis baja dan personel di Laut Hitam dan Laut Azov.

Ben Barry dari Institut Internasional untuk Studi Strategis mengatakan pasukan Rusia yang datang dari Krimea dan Donetsk serta Luhansk akan dapat menjepit pasukan Ukraina. Ini juga dapat memotong jalur dari dan ke ibu kota Kiev.

Pulau Zmiinyi milik Ukraina di Laut Hitam telah direbut pasukan Rusia. Pejabat Ukraina mengatakan 13 penjaga perbatasan di kota Odesa tewas oleh tembakan senjata dari kapal perang Rusia.

5. Mungkinkah Ukraina mampu menahan agresi Rusia?

ilustrasi ranpur Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Dua hari serangan Rusia ke Ukraina sementara ini telah menewaskan 137 orang termasuk warga sipil, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Badan pengungsi PBB mengatakan sektiar 100 ribu warga Ukraina telah mengungsi keluar dari negara itu.

Jurnalis Al Jazeera Andrew Simmons yang melaporkan dari Kiev mengatakan situasi di ibukota meningkat dengan cepat. Pasukan lapis baja Rusia telah menuju ibu kota. Di dalam kota, ada tempat yang menyediakan senjata dan warga Ukraina bisa mendapatkannya, terutama senapan serbu AK-47 untuk melindungi diri.

Dengan pergerakan cepat pasukan Rusia dan keunggulan persenjataan yang mereka miliki, mampukah Ukraina menahan agresi tersebut? Konrad Muzyka, seorang analis pertahanan Polandia menjelaskan pendapatnya.

Dilansir RFERL, dia mengatakan "apakah Ukraina memiliki kemampuan militer untuk menghentikan invasi penuh? Saya rasa tidak. Hanya ada beberapa negara di dunia yang bisa menghentikan serangan gencar Angkatan Darat Rusia. Jika terjadi invasi, Ukraina perlu memobilisasi pasukan cadangan sebanyak mungkin sehingga tidak mudah bagi Rusia. Itu akan menjadi konflik yang panjang dan berdarah."

Sementara ini kekuatan Rusia dirancang menekan korban karena menargetkan fasilitas militer Ukraina. Alexander Vindman, mantan perwira Angkatan Darat AS yang menjabat sebagai direktur urusan Eropa dan Rusia berpendapat Ukraina tidak dapat memiliki kesempatan untuk menahan agresi.

Tapi jika strategi diubah jadi perang gerilya, akan terjadi pertempuran berlarut-larut "yang akan menyakitkan bagi kedua belah pihak," kata Tor Bukkvoll, seorang peneliti senior di Lembaga Penelitian Pertahanan Norwegia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorPri Saja