Demonstran tidur di sebuah kamar di dalam rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa pada hari berikutnya setelah para demonstran memasuki rumah tersebut setelah Presiden kabur di tengah krisis ekonomi negara di Colombo, Sri Lanka, Minggu (10/7/2022). (ANTARA FOTO/ REUTERS/Dinuka Liyanawatte)
Al Jazeera melaporkan bahwa situasi Kolombo tampak sepi pada Senin pagi hari ini. Lalu lintas pun beroperasi normal. Sejumlah pengamat menilai deklarasi ini merupakan tindakan sewenang-wenang Wickremesinghe yang menjadi plt presiden, pun para warga Sri Lanka yang tidak setuju dengan status darurat ini.
“Kami telah berunjuk rasa secara damai selama 100 hari tapi tidak ada status darurat. Lalu kenapa ada sekarang?” kata seorang pengunjuk rasa di Kolombo.
“Kami melihat bahwa Ranil Wickremesinghe bersiap untuk menindas tapi perjuagan kami akan tetap bertahan. Kami memiliki hak demokratis untuk protes dan kami akan terus berjuang sampai mencapai tuntutan terakhir kami,” lanjut dia.