Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sri Mulyani: Krisis Sri Lanka Akan Dibahas di G20 Indonesia

Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad (kiri), Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (tengah), dan Presiden Direktur IIF, Reynaldi Hermansjah saat konferesi pers di Nusa Dua, Bali (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Nusa Dua, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bakal ada pembahasan terkait krisis ekonomi di Sri Lanka dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers Central Bank Governor (FMCBG) G20 Indonesia.

Selain itu, beberapa isu soal tantangan dan risiko ekonomi global juga akan menjadi topik pembahasan dalam pertemuan tersebut.

Hal itu termasuk revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global, kenaikan inflasi, hingga krisis pangan.

"Agenda pertama akan sangat penting, isu aktual, yaitu perkembangan perekonomian global. Faktor-faktor kontribusi kinerja ekonomi global, baik IMF dan World Bank, OECD, kemungkinan revisi ke bawah, inflasi, harga pangan, harga energi, geopolitik, kita akan membahasnya semua di exit policy, dari situasi yang sangat menekan waktu itu," tutur Sri Mulyani dalam jumpa pers di Sofitel Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022).

1. Kondisi Sri Lanka berbeda dengan Indonesia

Sri Lanka kehabisan stok BBM. (dok. The Star)

Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga angkat bicara soal krisisi ekonomi di Sri Lanka.

Sri Mulyani memastikan bahwa situasi dan kondisi di Sri Lanka sangat berbeda dengan Indonesia. Ada indikator-indikator ekonomi domestik yang membuat perekonomian Tanah Air lebih stabil dibandingkan Sri Lanka.

"Background setiap negara, kinerja pertumbuhan ekonomi, kinerja inflasi, neraca pembayaran, APBN, moneter, inflasi, nilai tukar. Kita siapkan langkah-langkah supaya bisa menanganinya," ucapnya.

2. APBN masih sanggup menopang RI

Ilustrasi APBN (IDN Times/Arief Rahmat)

Indonesia, kata Sri Mulyani masih menghadapi inflasi dengan persentase yang stabil, yakni 0,61 persen month to month (mtm) dan 4,35 persen year on year (yoy).

Adapun inflasi inti masih ada di kisaran 2,63 persen yoy. Selain itu, keberadaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai saat ini masih sanggup menopang perekonomian domestik yang dihantam pandemik COVID-19 sejal 2020 lalu.

"Indonesia dua tahun dihantam pandemi, kondisi perusahaan, masyarakat sedang akan pulih. Tahun ini guncangan besar tadi di-absorb oleh APBN, kebetulan APBN kita punya kemampuan karena windfall profit," kata Sri Mulyani.

3. Tujuh agenda yang dibahas dalam FMCBG ketiga hari ini

FMCBG G20 Ketiga digelar mulai hari ini di Nusa Dua, Bali (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sebagai informasi, ada tujuh agenda yang akan dibahas dalam pertemuan ketiga FMCBG hari ini. Pertama, pembahasan mengenai ekonomi global dan risikonya. Kedua, kesehatan global. Ketiga, arsitektur keuangan internasional. Keempat, isu sektor finansial. Kelima, keuangan yang berkelanjutan. Keenam, infrastruktur. Ketujuh terkait perpajakan internasional.

Selain ketujuh agenda tersebut, FMCBG G20 juga akan membahas isu perihal ketahanan pangan. Adapun Presidensi G20 Indonesia ini diharapkan mampu memberikan solusi mengenai persoalan pangan yang saat ini mengancam global akibat perang Rusia-Ukraina.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us