Polandia Umumkan Rencana Lawan Serangan Siber Rusia

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Polandia, pada Senin (3/6/2024), mengumumkan rencana cybershield untuk melindungi seluruh infrastruktur digital penting di negaranya. Langkah ini diambil menanggapi ancaman serangan hybrid Rusia yang semakin gencar di Polandia dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya, Polandia sudah mengumumkan pendirian sistem pertahanan East Shield yang berfungsi untuk dari potensi serangan hybrid Rusia dan Belarus. Sistem pertahanan tersebut akan didirikan di sepanjang perbatasan Kaliningrad, Rusia dan Belarus.
1. Polandia akan gelontorkan dana sebesar Rp12,4 triliun
Menteri Digitalisasi Polandia Krzyszstof Gawkowski mengatakan akan mengalokasikan dana sebesar 3 miliar zloty (Rp12,4 triliun) untuk membangun 'cybershield'. Ia menilai rencana ini penting untuk mencegah ancaman stabilitas negara di ranah digital.
"Lebih dari sebulan ini, kami sudah mengobservasi bahwa terdapat rentetan serangan siber di Polandia yang terus meningkat secara signifikan," terang Gawkowski, dikutip Notes from Poland.
"Serangan ini sudah diorganisir dan mayoritas datang dari Rusia yang jelas ingin merusak stabilitas di Eropa. Kami berada di garis depan perang siber dengan Rusia. Hari ini, Polandia tidak lagi dalam perang siber dingin dengan Rusia, tapi kami langsung terlibat di dalamnya," sambungnya.
Ia menambahkan bahwa keterlibatan ini akan berdampak sangat baik bagi Badan Keamanan Polandia (ABW) dan Institut Penelitian Nasional (NASK) untuk bekerja dalam menanggulangi serangan tersebut.
2. Minta warga berhati-hati dalam mengamankan data pribadi
Menteri Dalam Negeri Polandia Tomasz Siemoniak meminta agar semua pihak tetap berhati-hati dalam menyimpan data pribadinya di tengah rentetan serangan siber di Polandia.
"Seringkali manusia adalah yang paling rentan terdampak serangan siber lewat sebuah tautan di akun palsu atau laporan palsu. Kami mengajak semua warga untuk lebih berhati-hari dalam mengamankan data pribadinya secara profesional dan privat. Siapapun dapat menjadi korban hacker dari negara lain," tutur Siemoniak.
Ia pun menyinggung soal pemilu Parlemen Eropa yang akan diselenggarakan pada 6-9 Juni mendatang. Ia mengklaim pemilu tersebut dapat menjadi sasaran empuk kelompok hacker asing, terutama dari Rusia.
"Pemilu Parlemen Eropa kali ini bakal berbeda dibanding sebelumnya karena menjadi subjek serangan dari musuh Uni Eropa (UE). Dalam konteks ini, Rusia jelas berniat ikut campur. Saat ini, kami berurusan dengan berbagai macam aktivitas hybrid," tambahnya.
3. Media milik negara diduga diretas hacker Rusia
Pekan lalu, Gawkowski mengumumkan adanya laporan palsu di media milik pemerintah Polandia, PAP yang disebabkan oleh serangan hacker.
"Kami sudah menerima informasi awal bagaimana serangan terhadap media milik pemerintah, PAP. Serangan ini sudah direncanakan dan dieksekusi dalam periode waktu yang cukup lama," ungkapnya, dikutip TVP World.
"Dalam serangan ini, malware sudah disebarkan untuk meretas salah satu akun pegawai PAP. Malware tersebut sudah didesain untuk memperoleh password untuk mengakses dan mempublikasikan informasi palsu," sambungnya.
Ia mengungkapkan terdapat potensi bahwa serangan siber kali ini kemungkinan berasal dari Rusia. Pasalnya, Rusia yang selama ini berupaya keras untuk merusak stabilitas di negara-negara anggota UE.