Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi deepfake attack (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Ilustrasi deepfake attack (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Email Ancaman dengan QR Code Pembayaran: Politisi diancam dengan video cabul palsu yang akan dipublikasikan jika tidak membayar tebusan sebesar Rp1,6 miliar dalam tiga hari.

  • Polisi Lakukan Penyelidikan Serius: Polisi Malaysia telah menerima empat laporan terkait kasus ini dan menangani laporan tersebut dengan serius.

  • Ancaman Hukuman Berat untuk Pelaku: Jika terbukti bersalah, pelaku dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara atau denda berdasarkan Pasal 385 dan 233 Undang-Undang Hukum Pidana Malaysia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Otoritas Malaysia tengah menyelidiki dugaan pemerasan terhadap sejumlah politisi yang diancam dengan video porno palsu buatan kecerdasan buatan (AI). Kasus ini memicu kehebohan setelah setidaknya 10 politisi menerima email berisi ancaman.

Dalam email tersebut, para politisi diminta membayar sebesar 100 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp1,6 miliar, agar video yang menampilkan wajah mereka dalam konten cabul tidak disebarkan. Video itu diyakini merupakan hasil manipulasi AI, atau yang dikenal sebagai deepfake.

Menteri Komunikasi Malaysia, Fahmi Fadzil, menjadi salah satu target ancaman. Ia menyebut sejumlah pejabat dan anggota parlemen lain juga menerima email serupa, termasuk mantan Menteri Ekonomi Rafizi Ramli, Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Adam Adli, serta anggota parlemen Wong Chen dan Taufiq Johari.

“Pemerintah memandang serius insiden ini dan sudah menginstruksikan Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) untuk bekerja sama dengan kepolisian melacak pelaku,” kata Fahmi dalam sebuah acara di Penang, dilansir dari Channel News Asia, Selasa (16/9/2025).

1. Email Ancaman dengan QR Code Pembayaran

ilustrasi QR code (freepik.com/freepik)

Menurut laporan, email yang dikirim ke para politisi berisi ancaman bahwa dalam tiga hari video cabul palsu mereka akan dipublikasikan jika pembayaran tidak dilakukan. Email tersebut juga menyertakan QR code untuk transfer dana.

Rafizi Ramli dan Wong Chen mengonfirmasi menerima email tersebut pada Jumat (12/9). Keduanya menyebut pesan ancaman itu hampir identik, dengan tangkapan layar yang sama, dan diduga berasal dari satu alamat Gmail.

“Sebagai seorang anggota parlemen dari Parti Keadilan Rakyat, partai pemerintah saat ini, saya justru merasa kurang aman sebagai legislator dibanding ketika menjadi oposisi,” ujar Wong Chen dalam pernyataan resminya.

Wong, yang sudah 13 tahun menjabat sebagai anggota parlemen, menambahkan bahwa situasi ini merupakan bentuk ancaman serius terhadap integritas demokrasi di Malaysia.

2. Polisi Lakukan Penyelidikan Serius

ilustrasi bendera Malaysia (unsplash.com/Izdihar Sahalan)

Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, M Kumar, mengungkapkan bahwa hingga kini sudah ada empat laporan polisi terkait kasus ini. Laporan pertama dibuat oleh Wong Chen pada 12 September lalu.

“Polisi Kerajaan Malaysia menangani laporan ini dengan sangat serius. Kami akan mengambil tindakan ketat, menyeluruh, dan tanpa kompromi terhadap siapa pun yang terlibat,” kata Kumar dikutip media lokal.

Selain Wong, laporan juga dibuat oleh Senator Nelson W Angang, anggota parlemen Taufiq Johari, serta anggota dewan Wong Chia Zen. Semuanya melaporkan pola ancaman yang sama.

Kasus ini diselidiki dengan jerat Pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terkait pemerasan dan Pasal 233 Undang-Undang Komunikasi dan Multimedia 1998 terkait penyalahgunaan fasilitas jaringan.

3. Ancaman Hukuman Berat untuk Pelaku

ilustrasi penjara (freepik.com/fab

Jika terbukti bersalah, pelaku dapat menghadapi hukuman hingga tujuh tahun penjara, denda, atau cambuk berdasarkan Pasal 385. Sementara itu, Pasal 233 memungkinkan hukuman maksimal denda 500 ribu ringgit Malaysia dan kurungan dua tahun.

Kumar menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) untuk melacak alamat email pengirim serta menelusuri informasi tambahan lain yang relevan. Polisi juga akan meminta bantuan Google untuk mengidentifikasi pelaku.

Fahmi Fadzil membagikan tangkapan layar email ancaman yang diterimanya melalui akun Facebook. Email itu tampak berasal dari alamat Gmail dengan ancaman penyebaran video cabul palsu.

Ia menegaskan bahwa pemerintah akan memastikan pelaku pemerasan siber ini ditindak tegas. “Kami memandang masalah ini sangat serius,” ujarnya.

Editorial Team