Meski mendapat dukungan yang luas, keputusan memasukkan hak aborsi dalam konstitusi tidak lepas dari kritik. Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen mengatakan, Macron menggunakannya untuk memperoleh dukungan politik karena besarnya dukungan terhadap hak aborsi di negara tersebut.
“Kami akan memilih untuk memasukkannya ke dalam konstitusi karena kami tidak punya masalah dengan hal itu,” kata Le Pen menjelang pemungutan suara, menambahkan bahwa terlalu berlebihan untuk menyebutnya sebagai langkah bersejarah karena tidak ada pihak yang menempatkan hak aborsi dalam risiko di Prancis.
Pascale Moriniere, presiden Asosiasi Keluarga Katolik, menyebut tindakan tersebut sebagai kekalahan bagi para aktivis anti-aborsi.
“Ini (juga) merupakan kekalahan bagi perempuan, dan tentu saja bagi semua anak-anak yang tidak dapat melihat hari ini," katanya.
Moriniere mengatakan bahwa hak aborsi tidak perlu ditambahkan ke dalam konstitusi.
“Kami mengimpor isu yang bukan Prancis, karena AS adalah negara pertama yang menghapus hal tersebut dari undang-undang dengan pencabutan Roe v. Wade. Ada efek kepanikan dari gerakan feminis yang ingin mengukir hal ini di atas marmer konstitusi," tambahnya.