Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Petani Prancis Serbu Pameran Pertanian di Paris 

bendera Prancis (pexels.com/Atypeek Dgn)

Jakarta, IDN Times - Puluhan petani Prancis menyerbu pameran pertanian di ibu kota, Paris, pada Sabtu (24/2/2024), menjelang kunjungan Presiden Emmanuel Macron. Tindakan itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan ramah lingkungan Uni Eropa (UE) dan peraturan lainnya yang dianggap merugikan petani.

Banyak dari mereka berteriak dan mencemooh, serta menyerukan pengunduran diri Macron. 

“Ini rumah kami!”, teriak mereka, ketika barisan polisi anti huru hara berusaha membendung demonstran.

1. Satu pengunjuk rasa ditangkap

Dilansir Reuters, saksi mata mengatakan bahwa bentrokan sempat terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi. Sedikitnya satu orang ditangkap.

Pascal Beteille, salah seorang pengunjuk rasa, mengaku tidak mengharapkan apa pun dari kunjungan Macron.

“Ini adalah rumah kami dan dia menyambut kami dengan CRS (petugas polisi),” ujarnya.

Akibat protes tersebut, pembukaan pertunjukan untuk umum terpaksa ditunda setidaknya satu jam.

Adapun pameran pertanian di Paris ini berlangsung selama sembilan hari dan menarik sekitar 600 ribu pengunjung.

2. Macron keluhkan sikap petani

Macron, yang bertemu dengan para pemimpin serikat petani Prancis saat sarapan, dijadwalkan mengunjungi pameran tersebut setelahnya.

“Saya mengatakan ini untuk semua petani: Anda tidak membantu rekan-rekan Anda dengan menghancurkan stand, Anda tidak membantu rekan-rekan Anda dengan membuat pertunjukan tidak mungkin dilakukan, dan dengan cara menakut-nakuti keluarga agar tidak datang,” kata Macron setelah pertemuannya dengan pemimpin serikat pekerja.

Presiden Prancis itu awalnya direncanakan hadir dalam acara debat dengan para petani, pengolah dan pengecer makanan di pameran tersebut pada Sabtu. Namun, acara tersebut dibatalkan setelah serikat petani mengatakan bahwa mereka tidak akan hadir.

3. PM Gabriel Attal janjikan kebijakan baru untuk petani

Selama beberapa pekan terakhir, para petani telah melakukan protes di seluruh Eropa. Mereka menilai bahwa birokrasi, peraturan baru untuk mengatasi perubahan iklim dan persaingan tidak sehat dari Ukraina telah merugikan para petani.

Akibat demonstrasi tersebut, beberapa negara Uni Eropa (UE) terpaksa membatalkan beberapa reformasi yang direncanakan. Beberapa analis politik yakin bahwa aksi protes itu dapat berdampak pada hasil pemilu Parlemen Eropa pada Juni.

Awal bulan ini, sebagian besar petani Perancis telah menghentikan protes mereka setelah Perdana Menteri Gabriel Attal menjanjikan langkah-langkah baru senilai 400 juta euro (sekitar Rp6 triliun).

Namun, protes kembali terjadi pekan ini menjelang pameran pertanian. Hal ini dilakukan untuk menekan pemerintah supaya memenuhi janjinya dan memberikan lebih banyak bantuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us