Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva. (TSE - Tribunal Superior Eleitoral, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, mengkritik ancaman tarif 50 persen dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Lula menyebut kebijakan tarif tersebut sebagai pemerasan yang tidak bisa diterima.

Ancaman kenaikan tarif ini rencananya akan berlaku efektif mulai 1 Agustus untuk semua produk dari Brasil. Sebelumnya, Trump juga mendesak agar proses hukum terhadap mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro dihentikan.

1. Lula tidak senang Trump ikut campur urusan negaranya

Kepada CNN, Lula mengecam sikap Trump yang dianggapnya telah mencampuri urusan dalam negeri Brasil. Ia menyatakan bahwa Presiden AS seharusnya fokus pada tugasnya memimpin negaranya sendiri, bukan negara lain.

"Kita tidak bisa membiarkan Presiden Trump lupa bahwa dia terpilih untuk memerintah Amerika Serikat, bukan untuk menjadi kaisar dunia," kata Lula pada Kamis (17/7/2025), dikutip dari Al Jazeera.

Lula juga menyatakan sistem peradilan Brasil tidak bisa diintervensi oleh kekuasaan eksekutif. Ia menyebut, pengadilan terhadap Bolsonaro adalah murni proses hukum atas dugaan tindakan yang dilakukannya di masa lalu.

Pemerintah Brasil pun telah memberi sinyal akan memberlakukan tarif balasan jika AS tetap melanjutkan rencananya. Brasilia kini tengah berdiskusi dengan berbagai kelompok industri domestik untuk mempersiapkan langkah selanjutnya.

Sebelumnya, di hadapan para mahasiswa, ia juga berjanji tidak akan menerima perintah dari "gringo". Istilah tersebut merupakan sebutan umum di Brasil untuk orang asing dan tidak selalu bermakna negatif, dilansir Strait Times.

2. Trump gunakan tarif untuk bela Bolsonaro

Presiden terpilih AS Donald Trump dan mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)

Bolsonaro saat ini menghadapi proses hukum di Brasil atas tuduhan merencanakan kudeta. Ia dituduh mencoba membatalkan hasil pemilihan umum 2022 yang dimenangkan oleh Lula.

Trump telah memberikan dukungan secara terbuka untuk Bolsonaro. Ia menyebut pengadilan tersebut adalah bentuk persekusi.

"Saya telah melihat perlakuan buruk yang Anda terima dari sistem yang tidak adil yang berbalik melawan Anda. Saya telah menyuarakan ketidaksetujuan saya dengan kuat, baik di depan umum maupun melalui kebijakan tarif kami," tulis Trump dalam surat untuk Bolsonaro, seperti dilaporkan Al Arabiya.

Tekanan dari Washington tidak hanya datang dari ancaman tarif. Perwakilan Dagang AS (USTR) juga meluncurkan penyelidikan terpisah terhadap praktik perdagangan Brasil yang mereka anggap tidak adil.

Penyelidikan USTR akan meninjau berbagai sektor, mulai dari perdagangan digital, isu deforestasi ilegal, hingga akses pasar etanol. Trump juga telah menyerang blok ekonomi BRICS, yang diikuti Brasil, karena dinilai mengusung agenda anti-Barat.

3. Brasil tetap buka pintu negosiasi tarif dengan AS

Ancaman tarif Trump terbilang janggal jika melihat data perdagangan kedua negara. AS justru menikmati surplus perdagangan barang sebesar 6,8 miliar dolar AS (Rp110 triliun) dengan Brasil pada tahun lalu.

Tarif balasan Brasil diperkirakan dapar berdampak negatif pada sejumlah industri ekspor AS. Sektor yang paling rentan terdampak adalah penjualan pesawat terbang, bahan bakar, serta berbagai mesin industri.

Lula menyatakan bahwa Brasil tidak akan menerima kesepakatan apa pun yang bersifat pemaksaan. Namun, ia tetap membuka pintu negosiasi dengan AS. Menurutnya, perbedaan ideologi seharusnya tidak menjadi penghalang dialog.

"Hal terbaik di dunia adalah kita duduk di meja dan berbicara. Jika Presiden Trump bersedia untuk serius dalam negosiasi yang sedang berlangsung antara Brasil dan AS, maka saya akan berpikiran terbuka untuk merundingkan apa pun yang mungkin diperlukan," ujar Lula, dilansir CNN

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama