Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)
Melansir Associated Press, Obiang memimpin sejak merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1979, menggulingkan presiden pertama negara itu sejak kemerdekaan dari Spanyol pada 1968. Pada awal kepimpinannya, Obiang memimpin kediktatoran militer.
Pada pemungutan suara pada 1989, ketika Guinea Khatulistiwa masih negara satu partai, Obiang diduga mendapatkan 99 persen suara pada 1989. Dia kemudian mengawasi transisi tiga tahun menuju demokrasi multipartai yang berakhir pada 1993.
Namun, setelahnya demokrasi di Guinea Khatulistiwa tidak berjalan. Hal itu karena Obiang yang terus menang dalam empat pemilu sebelumnya dengan selalu meraih suara lebih dari 90 persen suara. Pada pemilu 1996 meraih 97,8 persen suara, pada 2002 meraih 97,1 persen suara, pada 2009 meraih 95,7 persen, dan pada 2016 meraih 93,7 persen suara.
Poster-poster kampanye Obiang dalam beberapa pekan terakhir telah membanjiri jalan-jalan di ibu kota Malabo. Poster itu memuat pesan "pilih jalan yang benar, pilih yang berkelanjutan.” Hanya segelintir poster oposisi yang terlihat.
"Ada yang mengabarkan harus ada perubahan. Kita harus melihat perubahan yang ingin mereka hasilkan. Kami tidak tahu apakah itu untuk kepentingan rakyat, atau apakah itu untuk menciptakan situasi bencana," kata Obiang dalam acara kampanye terakhir di Mongomo pada minggu lalu.