Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/sina drakhshani)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ebrahim Raisi mengatakan bahwa pengembangan nuklir Teheran sepenuhnya adalah program milik Iran. Sehingga, Israel tak akan bisa mencegah kemajuan program nuklir Iran, baik dengan sabotase, pembunuhan, atau ancaman. 

Mengacu pada pembunuhan ilmuwan nuklir Iran yang Teheran tuduh didalangi oleh Israel, Raisi menyebut usaha Tel Aviv telah gagal mencegah perkembangan program nuklir Iran, kata Raisi pada Senin (29/8/2022) dikutip dari Anadolu Agency.

Pada kesempatan itu, Raisi menegaskan bahwa program nuklir Iran dibangun untuk tujuan damai. Ia juga menyebut, Iran berhak untuk mengembangkan teknologi nuklirnya dan tak akan ada yang bisa merampasnya.

1. Raisi tak akan bertemu dengan Joe Biden

Raisi mengungkapkan, dirinya tak akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, saat kunjungannya ke New York untuk menghadiri Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertemuan dengan Biden dinilai tak memberi manfaat bagi masyarakat Iran.

Hubungan Teheran-Washington telah memanas sejak mantan Presiden AS, Donald Trump, meninggalkan perjanjian nuklir Iran (JCPOA) pada 2018. Setelah itu, AS menjatuhkan sanksi ekonomi bagi Iran. Sanksi tersebut berhasil membuat perekonomian Iran goyah.

Sebagai balasan, Iran dengan sengaja meningkatkan pengayaan uraniumnya hingga ambang batas yang telah disepakati. Tindakan Iran ini membuat negara-negara Barat was-was, Teheran disebut akan semakin dekat untuk mencapai teknologi senjata nuklir.

Akhirnya, ide untuk menghidupkan kembali JCPOA muncul sejak Presiden Joe Biden memerintah. Para diplomat dari negara-negara yang terlibat JCPOA saat ini sedang merumuskan kesepakatan baru.

2. Iran minta penyelidikan atas fasilitas nuklirnya dihentikan

Editorial Team

Tonton lebih seru di