Uni Eropa Tuduh AS Memperlambat Proses Negosiasi Nuklir dengan Iran

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) pada Senin (22/08/2022) membantah tuduhan bahwa pihaknya telah menghambat untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran. Pada Juli 2022, Uni Eropa (UE) telah mengirimkan proposal kesepakatan nuklir ke Iran dan AS.
Departemen Luar Negeri AS menyampaikan, Washington sedang meninjau komentar Iran tentang proposal yang diusulkan UE.
Di sisi lain, The Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) telah memperingatkan bahwa mereka mampu menyerang musuh-musuhnya, termasuk Israel, tanpa senjata nuklir.
1. Kepala kebijakan luar negeri UE sebut AS memperlembat proses
Pada Senin (22/08/2022), kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang memimpin upaya untuk menyatukan AS dan Iran dalam kesepakatan, menyebut Washington telah memperlambat proses.
"Ada tanggapan Iran yang saya anggap masuk akal untuk disampaikan ke AS. (Tapi) AS belum secara resmi menjawab. Kami menunggu tanggapan mereka dan saya berharap tanggapan itu akan memungkinkan kami untuk menyelesaikan negosiasi, saya harap demikian, tetapi saya tidak dapat meyakinkan Anda tentang hal itu," kata Borrell, dilansir The Times of Israel.
Perwakilan Iran, Nasser Kanaani, menuduh rezim Joe Biden menunda proses negosiasi dan tidak ingin negosiator Eropa terlibat dalam polemik ini.
“Amerika dan Eropa membutuhkan kesepakatan lebih dari Iran,” kata Kanaani saat konferensi pers.
2. AS bantah memperlambat proses negosiasi
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, membantah tuduhan tersebut. Price mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa tuduhan tersebut sama sekali tidak benar.
Menurut Price, AS berbesar hati bahwa Iran tampaknya telah menarik tuntutan, seperti mengeluarkan Korps Pengawal Revolusi Islam dari daftar organisasi teroris asing di AS.
"Itulah beberapa alasan mengapa kesepakatan sekarang lebih dekat daripada dua minggu lalu. Tetapi hasil dari diskusi yang sedang berlangsung ini masih tetap tidak pasti, karena masih ada perbedaan pendapat," kata Price, menambahkan bahwa AS bergerak secepat mungkin untuk merespon tanggapan Iran, dilansir WION.
Di sisi lain, kedua negara tampaknya akan mengajukan pertukaran tahanan. Warga Iran-Amerika yang ditahan di Iran atas tuduhan terkait keamanan telah didesak untuk dibebaskan oleh Washington.
Iran juga telah meminta pembebasan tujuh warganya yang dipenjara karena dituduh melanggar peraturan AS.
3. PM Israel buka suara negaranya diancam pejabat IRGC
Secara terpisah, seorang pejabat senior IRGC mengatakan bahwa Iran mampu menyerang Israel bahkan tanpa senjata nuklir. Hal ini membuat tensi keamanan di kawasan Timur Tengah semakin panas.
Pejabat IRGC itu mengatakan, Iran dapat menyerang Israel beberapa kali dengan menggunakan hulu ledak.
“Kami tidak memiliki (senjata) nuklir, tetapi hulu ledak kami cukup untuk menyerang lokasi itu (Israel) beberapa kali,” kata Kepala Dirgantara IRGC, Hajizadeh, kepada harian Kayhan.
Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, buka suara terkait ancaman dari Iran.
"Saya juga memperingatkan bahwa proposal tersebut mengandung unsur-unsur baru yang melampaui batas-batas JCPOA dan itu akan membuka jalan ke dalam sistem teroris dan penguatan militer Iran," cuit Lapid melalui Twitter.