Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol. (instagram.com/sukyeol.yoon)

Intinya sih...

  • Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol, menyatakan pasukan Korut di Rusia sebagai ancaman bagi keamanan nasional dan internasional.
  • Badan Intelijen Korsel melaporkan pengerahan pasukan Korut di garis depan perang Ukraina dan adanya penekanan informasi oleh rezim Kim Jong Un.
  • Pemerintah Korsel meminta kewaspadaan tinggi menghadapi ketidakpastian eksternal menjelang pemilihan presiden AS dan risiko geopolitik di Timur Tengah.

Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk Yeol, mengatakan penempatan pasukan Korea Utara (Korut) di Rusia merupakan ancaman bagi negaranya dan dunia. Hal ini disampaikannya dalam sebuah pertemuan Kabinet di tengah pengerahan pasukan Korut di Rusia bagian barat, dengan semua tanda menunjukkan bahwa pasukan tersebut segera dikerahkan di medan perang melawan pasukan Ukraina.

"Kerja sama militer ilegal antara Rusia-Korut ini merupakan ancaman keamanan yang signifikan bagi masyarakat internasional dan dapat menimbulkan risiko serius bagi keamanan nasional kita," ujarnya pada Selasa (29/10/2024).

"Dengan perang di Ukraina yang berlangsung selama tiga tahun, Pyongyang telah mengerahkan pasukan ke Rusia lebih dari sekedar menyediakan senjata," sambungnya, dikutip dari Yonhap.

1. Presiden Korsel mendesak pemerintah untuk secara aktif merespon isu saat ini

Yoon juga menyerukan semua pihak untuk menilai kemungkinan secara menyeluruh dan menyiapkan langkah-langkah penanggulangan. Serta, mengimbau semua pihak untuk terlibat dalam manajemen risiko dengan kewaspadaan yang lebih tinggi.

Ia juga mendesak pemerintah untuk secara proaktif menanggapi ketidapastian eksternal menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pekan depan dan risiko geopolitik di Timur Tengah menyusul serangan Israel terhadap Iran selama akhir pekan.

"Sangat penting untuk merespons secara tepat waktu, guna memastikan bahwa ekonomi kita tidak terpengaruh secara negatif oleh berbagai masalah, seperti rantai pasokan, harga minyak, dan nilai tukar," kata Yoon.

2. Keterlibatan tentara Korut dalam Perang Rusia di Ukraina

Pada Selasa, Badan Intelijen Korsel (NIS) melaporkan bahwa sebuah kontingen pasukan Korut, termasuk jenderal-jenderal berpangkat tinggi yang dikerahkan ke Rusia mungkin kini ditempatkan di garis depan perang Ukraina.

NIS juga menambahkan bahwa rezim Kim Jong Un sepertinya sedang menekan informasi tentang pengiriman pasukan secara internasional, guna merancang langkah-langkah keamanan internal mengingat kebocoran informasi mengenai pengerahan pasukan.

Badan tersebut mendeteksi bahwa perwira yang ditugaskan dilarang menggunakan ponsel, sebab kekhawatiran akan kebocoran rahasia militer.

Di hari yang sama, NIS juga memberi penjelasan kepada anggota parlemen tentang pesawat khusus pemerintah Rusia yang melakukan perjalanan pulang pergi antara Moskow-Pyongyang dari 23-24 Oktober. NIS menyimpulkan bahwa pesawat itu membawa setidaknya satu pejabat keamanan Rusia yang terkait dengan pengerahan pasukan Korut, dilansir Korea Herald.

NIS awalnya memperkirakan bahwa ada sekitar 12 ribu tentara Korut yang akan dikerahkan ke Rusia pada Desember, dengan sekitar 3 ribu tentara telah ditempatkan di sana hingga 23 Oktober.

3. Presiden Rusia tidak membantah maupun mengonfirmasi terkait pasukan Korut

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di wilayah Amur, Timur Jauh Rusia pada 13 September 2023. (dok. Laman resmi Presiden Rusia/en.kremlin.ru)

Dalam panggilan telepon baru-baru ini antara Yoon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, menyebutkan pengerahan pasukan Pyongyang ke garis perang di Ukraina mungkin terjadi lebih cepat dari yang diharapkan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menerima pengarahan dari delegasi Korsel pada Senin, yang mengonfirmasi pasukan Korut telah dikerahkan ke wilayah Kursk Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina.

Departemen Pertahanan AS menyampaikan penilaiannya bahwa Korut telah mengirim sekitar 10 ribu tentara secara total untuk berlatih di Rusia timur, yang kemungkinan akan menambah pasukan Rusia di dekat Ukraina selama beberapa minggu ke depan.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak membantah atau mengonfirmasi pengerahan pasukan tersebut. Namun, ia mengatakan bahwa pemerintahnya menganggap serius perjanjian kemitraan strategis komprehensif dengan Pyongyang yang mencakup pertahanan bersama. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N