Ilustrasi Angin Topan (IDN Times/Mardya Shakti)
Chakwera menyatakan, badai yang menimpa negaranya tak lepas dari perubahan iklim.
“Ini menunjukkan bahwa masalah perubahan iklim adalah nyata dan kami berada tepat di jalurnya,” kata Chakwera, dilansir The Guardian.
Dia menambahkan, krisis iklim mengancam negara seperti Malawi berada dalam kemiskinan abadi.
Jumlah korban tewas di Malawi mencapai 500 jiwa. Keluarga serta tim penyelamat menghabiskan akhir pekan menggali lumpur dan puing-puing, sering kali dengan tangan kosong untuk mencari mereka yang hilang.
“Kerusakan terjadi di 13 distrik, hampir separuh negara, dan bukan hanya jumlah orang kami yang kehilangan nyawa, tetapi juga kerusakan dan kehancuran. Kami membutuhkan bantuan dan dukungan semua orang untuk mengurangi dampak tragedi ini,” kata Chakwera.