Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Terusan Panama. (unsplash.com/Brian J. Tromp)

Jakarta, IDN Times - Presiden Panama Jose Raul Mulino menolak bernegosiasi dengan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait kendali Terusan Panama. 

"Terusan ini milik Panama dan milik rakyat Panama. Tidak ada kemungkinan membuka pembicaraan apapun soal realita ini yang telah membuat negara mengeluarkan darah, keringat, dan air mata," ujar Mulino pada Kamis (26/12/2024), dilansir The Guardian.

Trump sebelumnya mengancam akan mengambil alih kendali terusan jika Panama tidak bisa mengoperasikannya secara aman dan efisien. Trump juga mengeluhkan besarnya biaya kapal AS yang melewati terusan tersebut.

1. Panama bantah keterlibatan China di terusan

Pemerintah Panama membantah tuduhan Trump soal keberadaan tentara China di Terusan Panama. Trump sebelumnya menulis di media sosial Truth Social bahwa tentara China secara ilegal mengoperasikan Terusan Panama.

"Demi Tuhan, tidak ada satu pun tentara China di terusan ini. Dunia bebas mengunjungi terusan ini," kata Mulino, dikutip dari Al Jazeera. 

Panama memang menjalin hubungan diplomatik dengan China sejak 2017, setelah memutuskan hubungan dengan Taiwan. Namun, keterlibatan China di terusan hanya sebatas perusahaan Hong Kong, CK Hutchison Holdings, yang mengelola dua pelabuhan di pintu masuk terusan, dilansir BBC.

AS sendiri masih menjadi pengguna terbesar Terusan Panama, berkontribusi 74 persen dari total kargo yang melewati terusan. China berada di posisi kedua dengan 21 persen kargo.

2. Panama tolak menurunkan biaya untuk kapal AS

Mulino menolak permintaan Trump menurunkan biaya tol kapal AS yang melewati terusan. Ia menjelaskan biaya terusan ditetapkan melalui proses terbuka dan publik.

Terusan Panama telah menjadi jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik. Kapal-kapal yang melewati terusan ini bisa menghindari rute berbahaya di sekitar ujung selatan Amerika.

Sekitar 5 persen lalu lintas maritim global melewati terusan setiap tahunnya. Melansir CBS News, Terusan Panama melayani 13 ribu hingga 14 ribu kapal dari berbagai negara dalam setahun.

Sementara itu, puluhan demonstran berkumpul di depan Kedutaan AS di Kota Panama pada Selasa (24/12/2024). Mereka membakar gambar Trump sambil meneriakkan umpatan.

"Trump, binatang, jangan campuri terusan kami sendiri!" teriak para demonstran. 

3. Terusan Panama diserahkan AS pada 1999

AS membangun Terusan Panama pada 1904 setelah menandatangani perjanjian dengan Panama pada 1903. Proyek ini menghabiskan dana sekitar 375 juta dolar AS setara Rp6 triliun di masa kini. Ribuan pekerja meninggal selama proses pembangunan yang berat ini.

Terusan ini berada di bawah kendali administratif AS selama puluhan tahun hingga akhirnya diserahkan ke Panama pada 31 Desember 1999. Penyerahan ini sesuai Perjanjian Torrijos-Carter yang ditandatangani pada 7 September 1977.

Perjanjian ini terdiri dari dua bagian penting. Perjanjian Netralitas memperbolehkan AS menggunakan militernya untuk membela terusan, sedangkan Perjanjian Terusan Panama mengakhiri keberadaan Zona Terusan Panama dan memberikan kendali penuh ke Panama.

Otoritas Terusan Panama, lembaga milik pemerintah, telah mengelola terusan sejak diserahkan AS. Pada 2016, lembaga ini merampungkan proyek perluasan terusan senilai 5,25 miliar dolar AS (Rp85 triliun) yang menggandakan kapasitas terusan. Perluasan ini memangkas biaya maritim global sekitar 8 miliar dolar AS (Rp129 triliun) per tahun dan memungkinkan kapal-kapal berukuran lebih besar melewati terusan.

Sementara itu, Trump telah menominasikan Kevin Marino Cabrera sebagai duta besar AS yang baru Panama. Trump menyebut Cabrera sebagai pejuang prinsip "America First" yang akan mewakili kepentingan AS di Panama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik