ilustrasi Latvia (Unsplash.com/Ernests Vaga)
Di bawah pendudukan Soviet, ribuan orang Latvia diusir ke pedalaman Siberia. Mereka tewas mengenaskan akibat tindakan brutal.
Pada era ini, Latvia kembali didera oleh Rusifikasi yang meluas. Penindasan dan diskriminasi juga terjadi di banyak wilayah. Orang-orang Latvia diajari bahasa Rusia tapi orang Rusia tidak mau belajar bahasa Rusia.
Menurut On Latvia, hal ini berujung pada semakin jarang etnis Latvia yang menggunakan bahasa mereka sendiri di tanah air karena sebagian besar acara publik menggunakan bahasa Rusia.
Ketika Soviet mulai mengalami kemunduran di tahun 1980-an, orang-orang Latvia kembali bangkit. Mereka bersatu dan melakukan protes. Di tahun 1989, mereka mulai mengadopsi deklarasi kedaulatan dan kemerdekaan ekonomi.
Pada tahun yang sama, protes besar terjadi yang disebut Baltic Way. Itu adalah rantai manusia sepanjang 600 kilometer dari Tallin, Riga dan Vilnius, yang memprotes pendudukan Soviet.
Pada 4 Mei 1990, parlemen Latvia memulihkan kembali kemerdekaan yang pernah mereka miliki pada 1918 lalu. Menurut laman pemerintah, pada 21 Agustus 1991, setelah Lituania dan Estonia, Latvia mengadopsi Undang-Undang Konstitusi tentang Kemerdekaan Penuh sehingga secara de facto menegakkan kembali kedaulatan.
Transformasi pemerintahan kemudian berjalan dan selesai di 1993, saat Soviet hancur digantikan oleh Rusia.
Latvia kemudian kembali menjadi negara yang demokratis, mengadopsi ekonomi liberal dan berkembang serta bergabung dengan Uni Eropa. Bahkan Latvia juga bergabung dengan aliansi pertahanan Trans-Atlantik, NATO, pada 2004.