Demonstrasi penduduk atas krisis air di provinsi Khuzestan, Iran, digelar di beberapa kota di antaranya adalah Mahshahr, Susangard, Behbahan, Abadan, Izeh, Ahvaz, Khorramshahr dan Shadegan. Menurut laman Al Jazeera, pemadaman atau perlambatan internet juga terjadi secara sporadis di seluruh provinsi.
Meski begitu, banyak video demonstrasi yang tetap bisa keluar dan beredar di media sosial. Dalam video tersebut, kerap kali terdengar suara tembakan dan gas air mata yang dilepaskan oleh pasukan keamanan pemerintah.
Sampai sejauh ini belum jelas berapa orang yang ditangkap, berapa orang yang meninggal atau terluka. Namun menurut sebuah organisasi hak asasi manusia Iran HRANA (Human Rights Activist News Agency), seorang yang ikut demonstrasi di kota Izeh, sebuah kota di ujung timur Khuzestan, tewas terkena tembakan.
Jadi total ada tiga penduduk Khuzestan yang tewas selama enam hari protes krisis air tersebut.
Pasukan militer ikut diturunkan di kota Izeh untuk mengamankan situasi dan dikabarkan, mereka juga melepaskan tambakan gas air mata ke arah demonstran. Pasukan pemerintah menanggapi para demonstran dengan aksi kekerasan.
Seorang pengacara bernama Fereshteh Tabanian yang berbasis di Ahvaz, sebuah kota di bagian tengah Khuzestan mengatakan "masalah Khuzestan berasal dari proyek transfer air ilegal dari sungai dan mencuri air dari sumber sungai oleh mafia air,” jelasnya. Pejabat dianggap melakukan kelalaian yang menyebabkan seringnya pemadaman air minum dan pengeringan Sungai Karun di Khuzestan.
Dua orang mantan Presiden Iran yang bernama Mohammad Khatami dan mantan Presiden Iran garis keras Mahmoud Ahmadinejad melontarkan kritik atas reaksi pihak berwenang dalam menghadapi demonstran.
Khatami mengatakan “tidak ada organisasi politik, keamanan, militer atau penegak hukum yang berhak menghadapi protes rakyat dengan kekerasan, senjata atau peluru dengan alasan untuk melawan kekacauan,” tegasnya.